Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BREAKING: Bank Indonesia Turunkan BI Rate ke 5,25% pada RDG Juli 2025

Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 bps ke level 5,25% pada RDG Juli 2025.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan pemaparan pada konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) di Jakarta, Rabu (15/1/2025). Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan alias BI Rate menjadi 5,75% berdasarkan Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 14—15 Januari 2025. / Bisnis-Himawan L Nugraha
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan pemaparan pada konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) di Jakarta, Rabu (15/1/2025). Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan alias BI Rate menjadi 5,75% berdasarkan Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 14—15 Januari 2025. / Bisnis-Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Pada hari ini Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan BI Rate sebesar 25 basis poin (bps) pada level 5,25%

Hal tersebut disampaikan oleh Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada Rabu (16/7/2025). "Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 15 dan 16 Juli 2025 memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 5,25%, demikian juga suku bunga Deposit Facility turun 25 bps menjadi 4,50%, dan suku bunga Lending Facility turun sebesar 25 bps menjadi 6,00%," ujar Perry.

Perry menyatakan keputusan itu konsisten dengan semakin rendahnya prakiraan inflasi pada 2025 dan 2026 dalam sasaran 2,5±1%, terjaganya stabilitas nilai tukar Rupiah sesuai dengan fundamentalnya, serta perlunya untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi. "Ke depan, Bank Indonesia akan terus mencermati ruang penurunan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan tetap mempertahankan stabilitas nilai tukar Rupiah dan pencapaian sasaran inflasi sesuai dengan dinamika yang terjadi pada perekonomian global dan domestik."

Sementara itu, kebijakan makroprudensial akomodatif, lanjut Perry, terus dioptimalkan dengan berbagai strategi untuk meningkatkan kredit/pembiayaan, menurunkan suku bunga, dan fleksibilitas pengelolaan likuiditas perbankan guna mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Kebijakan sistem pembayaran juga diarahkan untuk turut menopang pertumbuhan ekonomi melalui perluasan akseptasi pembayaran digital, serta penguatan infrastruktur dan konsolidasi struktur industri sistem pembayaran. 

Sebelumnya, sebagian besar ekonom memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan menahan suku bunga acuan atau BI Rate ditahan pada level 5,50% dalam Rapat Dewan Gubernur hari ini, Rabu (17/7/2025).

Berdasarkan konsensus dari 33 ekonom yang dihimpun Bloomberg, sebanyak 18 di antaranya meyakini BI akan mempertahankan BI Rate, sementara 15 sisanya optimistis bank sentral akan memangkas 25 basis poin menuju level 5,25% dalam RDG Juli 2025.

Ekonom melihat ruang penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia atau BI Rate semakin terbuka usai Presiden AS Donald Trump mengumumkan kesepakatan tarif impor dari Indonesia sebesar 19%.

Kepala Ekonom Trimegas Sekuritas Fakhrul Fulvian melihat setelah kesepakatan perdagangan tercapai dengan AS, sudah saatnya juga kebijakan moneter lebih longgar.

Menurutnya, Bank Indonesia memiliki sejumlah indikator yang memberi ruang pemangkasan suku bunga acuan seperti rendahnya inflasi yang hanya di 1,87% year on year (YoY) pada Juni 2025 dan adanya kecendrungan menguat pada rupiah. “Saya lihat BI akan menurunkan suku bunga sebanyak 25bps hari ini,” ujarnya, Rabu (16/7/2025).

Fakhrul menyampaikan bahwa penurunan ini sudah harus dilaksanakan karena sejumlah negara tetangga telah menurunkan bunga acuan seperti India dan Malaysia. Dia melihat, dalam kondisi ekonomi saat ini, ugensi stabilitas moneter sudah harus bergeser pada pertumbuhan ekonomi dari fokus ke rupiah.

Di sisi mata uang, Fakhrul berpandangan harus ada ekspektasi perbaikan ekonomi yang bersumber dari dorongan moneter dan fiskal untuk memperkuat rupiah.

Apabila BI menurunkan suku bunga dan diikuti dengan belanja pemerintah yang meningkat, maka arus modal akan kembali dan memperkuat rupiah. Fakhrul sendiri memperkirakan bahwa rupiah dapat menguat sampai ke level Rp15.500 per dolar AS pada akhir tahun ini. “Seharusnya sudah lebih banyak upside di tengah tahun ini dibandingkan downside,” tutupnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper