Bisnis.com, JAKARTA - Branchless banking merupakan inovasi layanan perbankan yang memungkinankan jasa sistem pembayaran dan keuangan tidak harus melalui kantor fisik bank, tapi melalui teknologi seperti EDC (electronic data capture) dan ponsel.
Bank Indonesia saat ini juga menguji coba inovasi ini melaluii pilot project di delapan provinsi bersama lima bank dan tiga operator telekomunikasi. Pilot project berjalan sejak Mei hingga November 2013 untuk mendukung inklusi finansial dan less cash society.
Berikut lima alasan mengapa branchless penting diterapkan di Indonesia.
Pertama, penetrasi layanan keuangan formal masih rendah dibandingkan dengan negara lain. Indonesia memiliki rasio masyarakat yang memiliki rekening yakni 19,6%, lebih rendah dibandingkan dengan Thailand 77,7%, Malaysia 66,7%, China 63,8%, Brasil 55,9%, Filipina 26,5%, dan Vietnam 21,4%.
Kedua, pembukaan kantor cabang lebih mahal. Berdasarkan data World Bank, untuk membuka satu kantor cabang di Indonesia memakan biaya US$250.000 dan investasi per ATM US$10.000, sementara investasi branchless banking US$400.
Direktur Eksekutif Kebijakan dan Pengawasan Sistem Pembayaran BI Rosmaya Hadi menyebutkan branchless banking mampu mengefisienkan investasi perbankan, karena menggunakan bantuan operator telekomunikasi.
"Saat ini terdapat 247 juta pengguna ponsel di Indonesia, sementara baru 12,5 juta rekening ponsel. Juga baru terdapat 2 juta agen branchless banking. Kami ingin meningkatkan jumlah ini," tutur Rosmaya, Rabu (9/10/2013).
Hal tersebut merupakan alasan ketiga. Selama ini terdapat persepsi layanan perbankan hanya untuk masyarakat menengah ke atas.
Keempat, potensi ekonomi yang besar pada segmen masyarakat menengah ke bawah yang belum tergarap dan kelima, penetrasi perusahaan telekomunikasi yang cukup tinggi.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Sistem Pembayaran indonesia (ASPI) Isbandiono Subandini mengatakan untuk mengimplementasikan branchless banking diperlukan edukasi masyarakat untuk meningkatkan kepercayaan.