Bisnis.com, JAKARTA – PT Asuransi Jiwa Manulife Indonesia Syariah mencatatkan total aset sebesar Rp1,61 triliun per semester I/2025.
Fauzi Arfan, Presiden Direktur Manulife Syariah Indonesia mengatakan capaian tersebut menunjukkan pertumbuhan yang positif dalam waktu singkat. Dengan capaian ini, Manulife Syariah optimis menyambut paruh kedua 2025.
"Permintaan akan produk asuransi jiwa dan kesehatan masih tinggi, terutama di kalangan keluarga muda dan kelas menengah produktif. Kami juga melihat potensi yang besar untuk pertumbuhan solusi syariah di Indonesia," kata Fauzi kepada Bisnis, dikutip Jumat (25/7/2025).
Meskipun ada peluang bagus, Fauzi mengatakan tantangan yang dihadapi perusahaan asuransi jiwa syariah adalah masih adanya kesenjangan tingkat literasi dan inklusi keuangan di masyarakat, khususnya terkait asuransi.
Berdasarkan data OJK, tingkat literasi asuransi di Indonesia mencapai sekitar 45%, sementara inklusinya hanya berada di angka 28,5%. Fauzi menjelaskan data tersebut menunjukkan bahwa meskipun lebih banyak orang memahami konsep asuransi, masih banyak yang belum memiliki akses atau belum mengambil langkah untuk menggunakan produk asuransi.
"Namun, peluang tetap ada, sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, Indonesia menawarkan potensi pasar yang sangat besar untuk solusi keuangan berbasis syariah," ujarnya.
Baca Juga
Guna mengatasi tantangan dan memanfaatkan peluang tersebut, Manulife Syariah menerapkan tiga strategi utama. Pertama, melalui program Impact Agenda. Fauzi menjelaskan melalui program ini perusahaannya mendorong inklusi ekonomi dengan meningkatkan literasi dan akses asuransi lewat edukasi finansial, baik secara daring maupun luring.
Kedua, Manulife Syariah mengoptimalkan teknologi digital seperti MiEClaim dan Manulife ID untuk mempermudah akses dan pengelolaan asuransi, serta bekerja sama dengan bank dan e-commerce untuk pembayaran premi.
Ketiga, perusahaan memberikan pelatihan berkelanjutan kepada tenaga pemasar melalui platform seperti ManuAcademy agar mereka lebih siap memahami dan memenuhi kebutuhan nasabah.
Adapun berdasarkan data Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) dalam periode Januari-April 2025, terdapat ketimpangan antara kinerja pendapatan premi asuransi umum syariah dan asuransi jiwa syariah.
Dalam periode tersebut, premi asuransi jiwa syariah tumbuh 14,90% year on year (YoY) menjadi Rp8,20 triliun, sementara premi reasuransi syariah tumbuh 9,84% YoY menjadi Rp0,34 triliun. Sebaliknya, premi asuransi umum syariah terkoreksi 23,28% YoY menjadi Rp0,87 triliun.
Sedangkan dari sisi klaim dalam empat bulan pertama itu, klaim asuransi jiwa syariah tumbuh 5,51% YoY menjadi Rp1,26 triliun, klaim asuransi umum syariah turun 1,31% YoY menjadi Rp0,40 triliun, sedangkan klaim reasuransi syariah turun 3,79% YoY menjadi Rp0,34 triliun.
Fauzi menjelaskan secara umum asuransi jiwa syariah menunjukkan pertumbuhan positif karena adanya peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya perlindungan kesehatan dan finansial jangka panjang, serta preferensi yang meningkat terhadap produk berbasis syariah mengingat Indonesia merupakan negara dengan populasi muslim terbesar di dunia.
"Hal ini juga didukung oleh edukasi dan sosialisasi yang semakin intensif mengenai manfaat produk asuransi jiwa syariah," pungkasnya.