Bisnis.com, PADANG - Tekanan yang dihadapi industri perbankan belakangan menyebabkan kinerja perbankan syariah di Sumatra Barat terdepresiasi. Namun, bankir beralasan seasonal dan optimistis kembali tumbuh.
Kepala Perwakilan OJK Sumbar Muhammad Ilham menyebutkan tekanan yang merata di industri perbankan juga berimbas terhadap kinerja syariah. Apalagi masih ketatnya likuiditas akibat perekonomian yang melambat membuat bank berusaha mempertahankan ekspansinya.
“Sebenarnya sama saja, seluruh industri bank mengalami tekanan. Apalagi untuk pembiayaan sektor UMKM dan pertanian yang mulai lesu, bank-bank juga akan jaga likuiditas,” katanya.
Data OJK per Agustus 2014 mencatatkan kinerja 16 perbankan umum syariah di daerah tersebut anjlok. Aset perbankan syariah turun 6,73% menjadi Rp4 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp4,3 trilun.
Penyaluran pembiayaan juga turun 1,77% menjadi hanya Rp3,69 triliun dari periode yang sama tahun lalu Rp3,76 triliun. Sedangkan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) cukup moderat dengan tumbuh 14,45% atau Rp2,49 triliun dari Agustus 2013 Rp2,17 triliun.
Ilham menyebutkan BPR syariah justru mencatatkan kinerja yang memuaskan. Tujuh BPR syariah di Sumbar mampu meningkatkan pertumbuhan aset 6,13% menjadi Rp169 miliar dari tahun sebelumnya Rp159 miliar.
Begitu juga untuk penghimpunan DPK tumbuh 16,18% atau Rp115 miliar dari sebelumnya Rp99 miliar. Sementara untuk pembiayaan tumbuh 4,56% menjadi Rp135 miliar dari periode yang sama tahun lalu Rp129 miliar.
Meski secara industri tak memuaskan, Direktur Pemasaran dan Syariah PT BPD Sumbar (Bank Nagari) Indra Wediana menuturkan kinerja unit syariah bank milik pemda tersebut masih bisa tumbuh 12%.
“Memang tidak besar, tetapi kinerja unit syariah kami cukup bagus. Apalagi sekarang memang eranya likuiditas ketat, kami nilai wajarlah kinerja tidak optimal,” katanya Kamis (16/10/2014).