Bisnis.com, JAKARTA— Perusahaan pembiayaan Grup PT Astra International Tbk. (ASII), Astra Credit Companies (ACC) mencatat total penyaluran pembiayaan alat berat perusahaan mencapai sebanyak Rp3,6 triliun.
Corporate Strategic, Communication & ESR Division Head, Riadi Prasodjo, mengatakan bahwa pembiayaan alat berat perusahaan mengalami pertumbuhan secara tahunan year on year (YoY). Meski begitu, Riadi tidak menyebutkan secara spesifik angka pertumbuhan yang dicapai perusahaan.
“Ada beberapa faktor yang mendorong pertumbuhan pembiayaan alat berat di antaranya adalah masih adanya peningkatan aktivitas di sektor pertambangan dan infrastruktur,” kata Riadi kepada Bisnis, Sabtu (25/1/2025).
Riadi mengatakan ACC pun optimistis prospek pembiayaan alat berat pada 2025 akan tumbuh, seiring dengan dampak positif kebijakan hilirisasi pemerintah. Untuk menangkap peluang ini, ACC akan memperkuat kerja sama dengan distributor dan produsen alat berat.
“Serta menyediakan skema pembiayaan yang fleksibel,” tambah Riadi.
Adapun, pembiayaan alat berat perusahaan berkontribusi sebanyak 9,11% dari total keseluruhan pembiayaan perusahaan sepanjang 2024. Sementara pembiayaan mobil baru mendominasi sebesar 60%.
Pada tahun lalu, ACC menyalurkan pembiayaan sebanyak Rp39,5 triliun, yang mana mengalami kenaikan 9% YoY dibandingkan dengan 2023. Angka tersebut juga lebh tinggi dari target yang ditetapkan perusahaan yang mencapai sekitar Rp36 triliun.
Riadi mengatakan kenaikan ini didorong oleh beberapa faktor seperti ACC berpartisipasi dalam event pameran otomotif terbesar Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2024. ACC juga menggelar berbagai event marketing lain seperti ACC Carnival di Cibinong dan Bandung serta berpartisipasi dalam event OJK FinExpo 2024 dan Multifinance Day 2024.
Secara keseluruhan pada tahun ini, ACC menargetkan pertumbuhan dibandingkan dengan tahun lalu. ACC pun optimistis pembiayaan kendaraan yang menjadi penopang utama pembiayaan akan tumbuh, meskipun ada tantangan di pasar otomotif.
“ACC akan fokus pada pengembangan layanan dan jaringan, memperkuat kerja sama dengan mitra otomotif, serta terus melaksanakan aktivitas marketing untuk menarik lebih banyak pelanggan. Selain itu, perusahaan juga akan menjaga kualitas pembiayaan untuk memitigasi risiko kredit bermasalah seiring dengan pertumbuhan yang diharapkan,” kata Riadi.
Di sisi lain, berdasarkan data Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi) produksi alat berat tercatat mencapai 5.138 unit pada Januari–September 2024. Angka produksi tersebut turun 17,77% dari periode yang sama tahun lalu yakni 6.248 unit.
Ketua Umum Hinabi Giri Kus Anggoro menyebut tren pasar alat berat di Indonesia fluktuatif dipengaruhi oleh harga-harga komoditas dan pelaksanaan proyek-proyek infrastruktur. Selain itu, pasar alat berat di Indonesia cenderung konservatif 'wait and see' dalam menyikapi kegiatan politik, terutama pada Pilpres 2024 dan kondisi ekonomi/geopolitik global yang belum membaik.
Kondisi ini juga disertai maraknya penggunaan alat berat impor terutama merek China yang membuat persaingan pasar alat berat di Indonesia kian ketat. Hal tersebut yang menjadi biang kerok pada penurunan produksi alat berat dalam negeri di kuartal pertama dan kedua tahun ini.
Kendati demikian, pemulihan produksi pada kuartal III/2024 dinilai menjadi tanda bahwa aktivitas produksi akan terus tumbuh mengingat kebutuhan alat berat masih cukup tinggi terutama di sektor tambang, agro, kehutanan maupun konstruksi.