Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Intip Ketahanan Likuiditas dan Modal Perbankan RI Hadapi Kekacauan Global

Laporan BI menyampaikan ketahanan likuiditas dan modal perbankan di Indonesia dalam menghadapi dinamika geopolitik global.
Ilustrasi bank. /Freepik
Ilustrasi bank. /Freepik

Bisnis.com, JAKARTA - Ketahanan permodalan dan likuiditas perbankan Indonesia dinilai kuat dalam menghadapi dinamika geopolitik global.

Mengutip Buku Kajian Stabilitas Keuangan 44 yang dirilis Bank Indonesia (BI) pada Kamis (6/3/2025), hasil solvency stress test yang dilakukan BI menunjukkan tingkat nonperforming loan (NPL) masih di bawah 5% dengan capital adequacy ratio (CAR) diprakirakan masih di atas 20%. 

Laporan tersebut mengatakan, tingkat permodalan perbankan yang tinggi diprakirakan mampu menahan dampak risiko kredit dan pasar sesuai skenario makroekonomi yang parah (severe).

"Hal tersebut mencakup kenaikan inflasi yang signifikan, tekanan pertumbuhan ekonomi, yaitu kenaikan inflasi yang signifikan,  tekanan pertumbuhan ekonomi, depresiasi nilai tukar, termasuk dampak kebijakan proteksi perdagangan AS," demikian kutipan laporan tersebut.

Lebih lanjut, hasil liquidity stress test juga menunjukkan ketahanan likuiditas perbankan yang memadai. Hal ini tercermin dari nilai counterbalancing capacity industri, yaitu persediaan aset yang tidak sedang dibebani/dipinjamkan atau sumber pendanaan lain yang tersedia serta dapat digunakan segera bagi bank untuk memenuhi kebutuhan likuiditas. 

Dalam skenario stress test, ketersediaan counterbalancing capacity industri perbankan terhadap total dana pihak ketiga (DPK) diperkirakan masih berada pada kisaran 32% sampai dengan 41% sehingga dinilai masih cukup memadai dalam menghadapi potensi penarikan DPK serta penurunan cash inflow di tengah peningkatan risiko pasar dan risiko kredit.

Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan penyaluran kredit perbankan pada Januari 2025 telah mencapai Rp7.782 triliun. 

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae memaparkan, jumlah tersebut mencerminkan pertumbuhan sebesar 10,27% year on year (yoy) usai tumbuh 10,39% pada bulan sebelumnya. 

"Kinerja intermediasi perbankan tumbuh positif dengan profil risiko yang tetap terjaga. Pada Januari 2025, pertumbuhan kredit tetap melanjutkan double digit growth sebesar 10,27%," jelas Dian.

Sementara itu, berdasarkan jenis penggunaan, kredit investasi mencatatkan pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 13,22%. Menyusul di belakangnya adalah kredit konsumsi dengan pertumbuhan 10,37%, sedangkan Kredit Modal Kerja 8,40%.  

Selanjutnya, dana pihak ketiga (DPK) tercatat tumbuh juga sebesar 5,51% yoy menjadi total Rp8.879,2 triliun, setelah tumbuh 4,48% yoy pada Desember 2024. Dian menyebut bahwa giro menjadi kontributor pertumbuhan terbesar. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper