Bisnis.com, JAKARTA — Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengimbau perbankan untuk mulai menurunkan suku bunga kredit guna mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Namun, analis menilai bahwa tantangan terbesar bagi bank untuk merealisasikan hal tersebut adalah tingginya biaya dana atau cost of fund (COF).
Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan bahwa meskipun imbauan BI positif bagi pertumbuhan ekonomi, bank tetap harus berhitung matang, terutama soal struktur biaya dana.
“Sudah seharusnya perbankan juga menyesuaikan suku bunga, tetapi kembali lagi dengan perhitungan dari bank masing-masing terutama terkait biaya dana,” kata Trioksa kepada Bisnis, Selasa (21/5/2025).
Dia menambahkan, setiap bank harus mempertimbangkan komponen cost of fund sebelum menyesuaikan suku bunga kredit. “Bila dana masih mahal, maka bank akan kesulitan untuk menurunkan bunga kredit,” lanjutnya.
Adapun Perry menyebut suku bunga kredit dan simpanan perbankan perlu diturunkan untuk mendorong peningkatan penyaluran kredit. Perry mengungkapkan bahwa suku bunga instrumen di pasar uang seperti Sekuritas Rupiah BI (SRBI) dan Surat Berharga Negara (SBN) cenderung menurun usai bank sentral memangkas BI Rate pada Januari lalu.
“Namun demikian, suku bunga perbankan masih tetap relatif tinggi. Pada April 2025 suku bunga deposito 1 bulan tercatat 4,83%, meningkat dari 4,81% pada awal Januari 2025,” katanya dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI secara virtual.
Baca Juga
Dia menjelaskan, terdapat kecenderungan sejumlah bank untuk menawarkan suku bunga deposito yang lebih tinggi dari yang dipublikasikan.
Selain itu, suku bunga kredit perbankan juga masih relatif tinggi, yakni sebesar 9,19% pada April 2025. Angka itu disebutnya relatif sama dengan 9,20% pada awal Januari 2025.