Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gubernur BI Imbau Bank Turunkan Suku Bunga Kredit, Biaya Dana jadi Tantangan

Analis menilai bahwa jika biaya dana masih mahal, perbankan akan kesulitan untuk menurunkan suku bunga kredit, meskipun sudah ada himbauan dari Bank Indonesia.
Ilustrasi bank/shutterstock
Ilustrasi bank/shutterstock

Bisnis.com, JAKARTA — Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengimbau perbankan untuk mulai menurunkan suku bunga kredit guna mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Namun, analis menilai bahwa tantangan terbesar bagi bank untuk merealisasikan hal tersebut adalah tingginya biaya dana atau cost of fund (COF). 

Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan mengatakan bahwa meskipun imbauan BI positif bagi pertumbuhan ekonomi, bank tetap harus berhitung matang, terutama soal struktur biaya dana.

“Sudah seharusnya perbankan juga menyesuaikan suku bunga, tetapi kembali lagi dengan perhitungan dari bank masing-masing terutama terkait biaya dana,” kata Trioksa kepada Bisnis, Selasa (21/5/2025).

Dia menambahkan, setiap bank harus mempertimbangkan komponen cost of fund sebelum menyesuaikan suku bunga kredit. “Bila dana masih mahal, maka bank akan kesulitan untuk menurunkan bunga kredit,” lanjutnya.

Adapun Perry menyebut suku bunga kredit dan simpanan perbankan perlu diturunkan untuk mendorong peningkatan penyaluran kredit. Perry mengungkapkan bahwa suku bunga instrumen di pasar uang seperti Sekuritas Rupiah BI (SRBI) dan Surat Berharga Negara (SBN) cenderung menurun usai bank sentral memangkas BI Rate pada Januari lalu.

“Namun demikian, suku bunga perbankan masih tetap relatif tinggi. Pada April 2025 suku bunga deposito 1 bulan tercatat 4,83%, meningkat dari 4,81% pada awal Januari 2025,” katanya dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI secara virtual. 

Dia menjelaskan, terdapat kecenderungan sejumlah bank untuk menawarkan suku bunga deposito yang lebih tinggi dari yang dipublikasikan. 

Selain itu, suku bunga kredit perbankan juga masih relatif tinggi, yakni sebesar 9,19% pada April 2025. Angka itu disebutnya relatif sama dengan 9,20% pada awal Januari 2025.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper