Bisnis.com, JAKARTA – Pembiayaan alat berat oleh industri multifinance dalam lima bulan pertama 2025 melesat. Pertumbuhannya bahkan secara tahunan, lebih tinggi dibanding periode bulan-bulan sebelumnya.
Agusman, Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, LKM dan LJK Lainnya (PVML) OJK mengatakan bahwa kinerja pembiayaan alat berat multifinance tidak lepas dari program-program yang bergulir dari belanja negara.
"Program pemerintah seperti pembangunan infrastruktur dan hilirisasi industri dapat mendorong permintaan dan pembiayaan alat berat," kata Agusman, dikutip Rabu (23/7/2025).
Adapun penyaluran pembiayaan alat berat oleh multifinance per Mei 2025 meningkat sebesar 10,72% year on year (YoY) menjadi Rp47,61 triliun. Pertumbuhan ini meningkat dibanding pertumbuhan per Januari dan Maret 2025 yang masing-masing secara tahunan tumbuh 7,7% YoY dan 8% YoY.
"Apabila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, penyaluran pembiayaan alat berat per Mei 2025 meningkat 0,89% mtm atau sebesar Rp421,52 miliar," kata Agusman.
Tahun ini industri multifinance dihadapkan dengan tantangan efisiensi anggaran pemerintah. Melalui Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025, pemerintah merampingkan belanja APBN sebesar Rp306,69 triliun, yang terdiri dari Rp256,10 triliun anggaran belanja dari 99 kementerian/lembaga, dan efisiensi sebesar Rp50,59 triliun transfer ke daerah.
Baca Juga
Beleid yang diteken Presiden Prabowo tersebut ditetapkan dan berlaku mulai 22 Januari 2025. Selanjutnya, pada Maret 4 April 2025 Kementerian Keuangan mengumumkan pemerintah telah membuka blokir anggaran sebesar Rp86,6 triliun. Relaksasi anggaran tersebut terdiri dari Rp33,1 triliun dibuka blokirnya untuk 23 kementerian/lembaga baru hasil restrukturisasi Kabinet Merah Putih, dan sebesar Rp53,49 triliun untuk 76 kementeran/lembaga lainnya.
Efek langsung dari pembukaan blokir ini tercermin dalam akselerasi realisasi belanja kementerian/lembaga. Realisasi belanja pada Januari 2025 hanya sebesar Rp24,4 triliun, kemudian pada Februari 2025 masih mencapai Rp83,6 triliun. Selanjutnya per Maret 2025, realisasi belanja kementerian/lembaga meningkat signifikan menjadi Rp196,1 triliun.
Meskipun ada stimulus positif multifinance dari belanja negara, Agusman mengatakan bahwa industri tetap harus melihat faktor eksternal yang dapat mempengaruhi kinerja pembiayaan alat berat multifinance. "Fluktuasi harga komoditas dan dinamika ekonomi baik global maupun domestik berpotensi menekan permintaan pembiayaan alat berat," pungkasnya.