Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) alias BNI membukukan dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp899,86 triliun per semester I/2025, tumbuh 16,51% secara tahunan (year-on-year/YoY) dari Rp772,32 triliun.
Direktur Finance & Strategy BNI Hussein Paolo Kartadjoemena menyampaikan bahwa hal tersebut didorong oleh dana murah alias current account saving account (CASA) yang naik 18,67% YoY menjadi Rp647,55 triliun, sedangkan deposito juga tumbuh 11,33% YoY ke angka Rp252,31 triliun.
“Pertumbuhan CASA yang solid mencerminkan keberhasilan BNI dalam memperkuat fondasi struktur funding melalui digitalisasi dan transformasi cabang,” katanya dalam keterangan tertulis, Jumat (25/7/2025).
Secara terperinci, rasio CASA terhadap keseluruhan DPK BNI pada paruh pertama tahun ini juga meningkat ke level 72% dari semula 70,7%.
Menurutnya, hal ini mencerminkan strategi BNI untuk berfokus dalam membangun struktur pendanaan jangka panjang di tengah fluktuasi kondisi ekonomi.
Terkait digitalisasi, Hussein menyebut aplikasi perbankan Wondr by BNI mengalami pertumbuhan pesat dari sisi pengguna yang mencapai 8,6 juta user per Juni 2025. Nilai transaksi pun meningkat menjadi Rp649 triliun dengan jumlah transaksi mencapai 702 juta pada periode yang sama.
Baca Juga
Kanal mobile banking BNI secara keseluruhan mencatat transaksi Rp1.188 triliun atau tumbuh 68% YoY. Sementara itu, BNIdirect mencatat pertumbuhan nilai transaksi 31,1% YoY menjadi Rp5.246 triliun, dan volume transaksi naik 22,1% menjadi 717 juta.
“Hal tersebut mencerminkan peningkatan kepercayaan dan kenyamanan nasabah dalam bertransaksi menggunakan wondr by BNI,” lanjutnya.
Hussein kemudian menjelaskan, perkembangan tersebut turut menjaga rasio likuiditas dan permodalan BNI pada level yang sehat, tercermin dari loan to deposit ratio (LDR) yang berada pada level 86,2%.
Sementara itu, loan to cash ratio (LCR) dan net stable funding ratio (NSFR) masing-masing mencapai 144,2% dan 143,0%, seiring rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) yang meningkat menjadi 21,1%.
Di samping itu, laba bersih konsolidasi BNI tercatat sebesar Rp10,09 triliun pada semester I/2025. Bank pelat merah tersebut mencetak laba bersih Rp10,69 triliun pada semester pertama tahun lalu, sehingga terjadi koreksi 5,58% secara tahunan.
Terpisah, Wakil Direktur Utama BNI Alexandra Askandar menyampaikan bahwa penguatan dana murah menjadi salah satu kunci BNI dalam memperluas pembiayaan hingga akhir tahun ini.
Hal tersebut merupakan bagian dari strategi penguatan likuiditas dan pengelolaan kualitas aset secara berkesinambungan.
"Kami melihat penguatan CASA dan kualitas aset sebagai pilar utama untuk memperkuat kapasitas ekspansi kredit di semester kedua. Fokus kami tetap pada sektor produktif seperti pertanian, industri makanan dan minuman, telekomunikasi, infrastruktur, perumahan, hilirisasi energi, dan UMKM,” tuturnya.