Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Strategi Indomobil Finance (IMFI) Lunasi Obligasi Jatuh Tempo Semester II/2024

Berikut strategi Indomobil Finance (IMFI) untuk melunasi obligasi yang jatuh tempo pada Semester II/2024.
Indomobil Finance./Istimewa
Indomobil Finance./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA -- PT Indomobil Finance Indonesia (IMFI) memiliki obligasi yang akan jatuh tempo pada 19 November 2024. Obligasi Berkelanjutan IV Indomobil Finance Tahap II Tahun 2021 Seri B tersebut memiliki nilai emisi Rp52,8 miliar.

Executive Board Indomobil Finance Gunawan Effendi mengatakan IMFI bakal memakai kas internal perusahaan untuk melunasi obligasi yang akan jatuh tempo tersebut.

"IMFI akan menggunakan kas internal yang berasal dari collection dan fasilitas kredit yang dimiliki," kata Gunawan kepada Bisnis, Kamis (25/07/2024).

Gunawan menjelaskan pihaknya tahun ini belum ada rencana untuk menerbitkan obligasi baru dan sumber dana yang dimiliki sekarang sudah bisa untuk melunasi obligasi yang jatuh tempo di semester II/2024 tersebut.

"Masih banyak fasilitas kredit lain yang bisa digunakan," kata dia.

IMFI mencatatkan total aset Rp16,07 triliun di akhir 2023. Sementara itu, laba tahun berjalan di Desember 2023 tercatat sebesar Rp273,41 miliar.

Pada semester I/2024, nilai penerbitan surat utang oleh industri multifinance mencapai Rp13,24 triliun. Angka itu menjadi yang paling besar dibandingkan industri lainnya seperti Pulp dan Kertas dan Lembaga Keuangan Khusus yang masing-masing nilainya Rp12,75 triliun dan Rp7,68 triliun.

Meski memimpin, nilai penerbitan surat utang industri multifinance tersebut turun 12% (year-on-year/yoy) dibandingkan semester I/2023 mencapai Rp15,11 triliun.

Fixed Income Analis Pefindo Ahmad Nasrudin mengatakan penurunan penerbitan surat utang multifinance di semester I/2024 ini karena faktor kenaikan suku bunga

"Suku bunga tinggi meningkatkan kupon yang perlu dibayarkan oleh emiten. Investor juga meminta premi yang lebih tinggi karena suku bunga tinggi meningkatkan leverage keuangan perusahaan multifinance," kata Ahmad.

Faktor kedua, yakni pelemahan permintaan jasa multifinance. Ahmad mengatakan, suku bunga tinggi membuat pinjaman menjadi lebih mahal, sehingga mendorong rumah tangga dan bisnis yang selama ini mengandalkan pembiayaan dari multifinance untuk menunda pembelian.

"Jadi, maklum saja ketika suku bunga lebih tinggi, pendanaan multifinance melalui surat uang juga lebih rendah. Mereka mungkin lebih mengoptimalkan pendanaan melalui modal internal," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper