Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kilau Emas Berpendar di Bank Syariah

Emas menjadi instrumen investasi yang makin digandrungi dan memiliki prospek menjanjikan di tengah ketidakpastian ekonomi dan volatilitas global.
Karyawan menunjukan emas di Galeri 24 Pegadaian, Jakarta, belum lama ini. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan emas di Galeri 24 Pegadaian, Jakarta, belum lama ini. Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Ketidakpastian seiring memanasnya tensi geopolitik dunia, lonjakan inflasi, hingga perubahan kebijakan ekonomi global telah memicu kekhawatiran di berbagai sektor. Kondisi ini juga berdampak nyata kepada masyarakat yang kini memikul tantangan untuk bisa menumbuhkan aset di tengah risiko yang kian meningkat.

Annisa (26) sempat pusing tujuh keliling. Kendati rutin menabung sebagian besar upahnya saban bulan, angannya untuk bisa menyiapkan dana pendidikan anak terasa makin jauh. 

Pasalnya, estimasi ongkos sekolah terus merangkak naik dari tahun ke tahun. Sementara itu, tabungannya yang mengendap di rekening bank tumbuh tak seberapa ibarat jalan di tempat.

Baca Juga : Pesta Pora Pembeli Emas Antam, Harga Buyback Rekor 16 Kali Sebulan

Beberapa tahun lalu, karyawan swasta asal Sukabumi itu akhirnya paham konsep inflasi. Sejak itulah Annisa mulai mencari cara untuk mengalihkan tabungannya dari rekening bank ke instrumen investasi. 

Setelah menimbang-nimbang berbagai opsi, Annisa menjatuhkan pilihannya ke investasi emas. Tepatnya, dia kepincut skema pada pembiayaan emas, yang memungkinkan nasabah mencicil pembelian emas meski dengan modal terbatas.

“Keuntungannya lumayan signifikan, hampir sekitar 10% per tahun,” terang Annisa kepada Bisnis, Sabtu (8/11/2024).

Di awal perjalanannya berinvestasi dengan skema pembiayaan emas, konon Annisa sempat membeli komoditas safe haven itu di kisaran harga Rp900.000 per gram pada 2020.

“Sekarang, [harganya] sudah mencapai Rp1,5 juta per gram,” imbuhnya.

Perkembangan harga itu bikin Annisa merasa lebih optimistis mencapai targetnya.

Strategi investasi yang lebih terukur juga membantunya untuk lebih efisien dalam mempersiapkan dana pendidikan mendatang sembari memastikan neraca keuangannya tak besar pasak daripada tiang.

Prospek Cerah Emas

Annisa bukan satu-satunya. Di tengah ketidakpastian ekonomi dan volatilitas global, kilau harga emas terus berpendar, membuat komoditas ini makin digandrungi masyarakat.

“Meski terjadi fluktuasi nilai tukar dan penguatan rupiah, harga emas diperkirakan akan terus berpotensi naik. Walaupun, tetap akan ada kemungkinan koreksi-koreksi dalam jangka pendek,” ujar Perencana Keuangan Advisors Alliance Group Indonesia Andy Nugroho.

Pandangan itu bukan tanpa dasar. Andy melihat adanya tren arus masuk yang besar ke dana yang diperdagangkan di bursa Exchange-Traded Fund (ETF) secara global. Ekspektasi terhadap pemotongan suku bunga tambahan The Fed, kata Andy, juga turut memoles ramalan nasib aset berusia ribuan tahun ini.

Belum lagi menyoal kondisi geopolitik yang urung stabil. Faktor ini turut bikin mayoritas investor cenderung mencari aset yang bersifat lindung nilai macam emas. 

Proyeksi peningkatan permintaan dari negara-negara konsumen utama pun diyakini Andy potensial berlanjut. Di India misal, neraca permintaan bisa makin berat seiring adanya kebijakan potongan bea impor emas dan perak dari pemerintah setempat.

Andy memproyeksikan emas bisa kembali menjadi instrumen investasi favorit pada 2025. Namun, dia juga mengingatkan agar keuntungan jangka pendek, misalnya dalam setahun, diperoleh dengan memastikan selisih antara harga beli dan harga jual sudah cukup menguntungkan. Pasalnya, harga buyback emas cenderung lebih rendah ketimbang harga jualnya.

Sebagai catatan, harga emas mengalami kenaikan signifikan hingga sekitar 10,2% per tahun sejak 2019, melampaui rata-rata inflasi sebesar 2,2% secara year-on-year (yoy). Bila ditarik secara kumulatif, harga emas Antam misalnya, meroket hingga 98,57% sepanjang 2019-2024

Dalam laporan berjudul “Geopolitics and Its Impact on Global Trade and the Dollar”, IMF meyakini fenomena tersebut dipengaruhi peningkatan porsi emas dalam cadangan devisa negara-negara dalam “China Bloc.” Sejak fragmentasi ekonomi 2019, kelompok negara ini konsisten memangkas ketergantungan mereka pada dolar AS. Emas, pada akhirnya, mereka anggap sebagai aset yang lebih netral secara politik.

Grafik emas
Grafik emas

BCA Syariah Ambil Peran

Industri perbankan pun enggan ketinggalan membidik momentum popularitas emas. Tak terkecuali BCA Syariah, yang menawarkan pembiayaan Emas iB.

“Pembiayaan Emas iB merupakan produk pembiayaan dari BCA Syariah untuk kepemilikan logam mulia [emas] dengan prinsip syariah menggunakan akad murabahah [jual beli],” ujar Direktur BCA Syariah Pranata dalam keterangannya.

Perseroan meyakini daya tarik emas sebagai investasi dipicu dua faktor kunci.

Di satu sisi, keuntungan jangka panjang dan likuiditasnya membuat emas jadi pilihan ideal bagi masyarakat yang menginginkan kepastian dalam pengelolaan keuangan syariah. 

Di sisi lain, inisiatif pemerintah untuk memperkuat ekosistem ekonomi syariah semakin mendorong masyarakat untuk memilih investasi berbasis nilai-nilai Islam. 

Emas batangan
Emas batangan

BCA Syariah optimistis bahwa pembiayaan Emas iB akan terus tumbuh seiring dengan meningkatnya pemahaman masyarakat. Mereka juga secara konsisten berupaya mendorong literasi keuangan masyarakat dengan mengkampanyekan manfaat dan risiko investasi dengan skema pembiayaan emas.

Secara pendekatan produk, perseroan juga terus mendorong peningkatan aspek keamanan produk pembiayaan Emas iB. Termasuk salah satunya lewat kerja sama dengan Brankas Antam untuk menjamin emas milik nasabah aman hingga akhir periode pembiayaan.

Secara khusus, BCA Syariah melihat kenaikan antusiasme terhadap investasi yang mudah, cepat, dan menguntungkan di kalangan generasi muda. 

“Untuk profil nasabah terbesar di rentang usia 24 tahun hingga 43 tahun dengan jangka waktu pembiayaan yang paling digemari adalah 1 tahun, untuk gramasinya adalah 10 gram,” ujar Pranata kepada Bisnis.

Tercatat, segmen pembiayaan emas BCA Syariah makin berkilau, di mana hingga September 2024, outstanding pembiayaan Emas iB BCA Syariah mengalami peningkatan hingga 150,9% secara tahunan (year-on-year/yoy), mencapai Rp133,6 miliar. Pertumbuhan pembiayaan Emas iB merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan produk pembiayaan konsumer lainnya.

Dilaporkan bahwa pertumbuhan ini didukung oleh peningkatan literasi masyarakat tentang keunggulan investasi emas di BCA Syariah melalui kegiatan expo yang pihaknya lakukan bersama grup BCA di beberapa kota besar tahun ini.

Untuk tahun ini, perseroan akan fokus untuk meningkatkan literasi masyarakat mengenai pembiayaan Emas iB. BCA Syariah berharap pembiayaan Emas iB dapat mendorong pertumbuhan pembiayaan konsumen secara keseluruhan hingga mencapai 10-12% dari total pembiayaan BCA Syariah.

Baca Juga : BCA Syariah Estimasi Ekspansi Bisnis Wealth Management dalam 2 Tahun ke Depan

Dalam hal memperluas akses masyarakat terhadap pembiayaan Emas iB, BCA Syariah telah menghadirkan fitur pengajuan pembiayaan Emas iB secara online melalui new mobile banking BSya by BCA Syariah (baca: bi-sya).

Selain pengembangan digitalisasi, untuk mendorong pembiayaan Emas iB, BCA Syariah juga melakukan berbagai aktivitas pemasaran melalui berbagai program promo dan kegiatan expo di berbagai kota untuk menjangkau masyarakat lebih luas.

Adapun, Mariya (37) merupakan salah satu nasabah yang terbantu dengan pembiayaan Emas iB, dirinya pun menemukan cara baru untuk menyimpan dana pensiun dengan mudah. 

Selain itu, alasan Mariya memantapkan diri berinvestasi melalui pembiayaan Emas iB lantaran teringat fakta bahwa perseroan bekerjasama langsung dengan ANTAM untuk menyediakan emas yang dibiayai dan emas milik nasabah disimpan dengan aman di bank hingga akhir pembiayaan.

“Jadi lebih aman karena tidak perlu khawatir emas fisik hilang atau rusak,” terangnya ketika diwawancara Bisnis.

Opsi pilihan tenor hingga maksimal 5 tahun juga membuat Mariya lebih leluasa menabung emas sesuai kemampuannya.

Seiring penjelasannya, Mariya juga menggambarkan keuntungan jangka panjang yang ia rasakan.

“Saya membeli 25 gram dengan harga totalannya 25 gram itu seharga Rp21 juta. Kemudian tahun berikutnya saat itu harga sudah Rp22 juta. Jadi kan berarti kan setahun naik Rp1 juta,” ujarnya.

Dengan pemikiran ini, Mariya merasa tenor yang lebih panjang juga akan meningkatkan potensi keuntungan seiring naiknya harga emas.

“Sehingga kalau [tenornya] makin panjang, berasa tuh [peningkatannya], jadi semisal kita membeli awal di harga yang rendah, bisa jadi 5 tahun kemudian kan harganya udah tinggi,” jelasnya.

Dari investasinya ini, Mariya hanya ingin satu hal yakni dana pensiun yang cukup. Meski perjalanan masih panjang, setidaknya pembiayaan emas membuat target tersebut lebih realistis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Arlina Laras
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper