Bisnis.com, JAKARTA – PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk. (TUGU) atau Tugu Insurance mencatatkan pertumbuhan premi dari lini bisnis asuransi properti untuk kredit pemilikan rumah (KPR) sebesar 55% dalam kuartal I/2025.
Adi Pramana, Presiden Direktur Tugu mengatakan bahwa saat ini asuransi terkait KPR masih belum mendominasi perolehan premi di lini asuransi properti Tugu Insurance. Meski begitu, perolehan premi dari lini bisnis proteksi KPR menunjukkan pertumbuhan positif
Bahkan jika dibandingkan antara perolehan Tugu Insurance dan data industri dalam kuartal I/2025, lini bisnis asuransi properti dan asuransi kredit proteksi KPR di Tugu Insurance menunjukkan kinerja yang lebih baik.
"Pada periode Q1 2025, untuk asuransi properti untuk KPR, perolehan premi Tugu Insurance secara Year on Year (YoY) masih tumbuh sebesar 55%, sedangkan secara industri justru mengalami penurunan hingga 17% YoY. Demikian juga untuk asuransi kredit, dimana secara YoY premi Tugu Insurance meningkat lebih dari 100%, sedangkan secara industri turun sebesar 20%," ujar Adi kepada Bisnis, dikutip Jumat (25/7/2025).
Dalam periode ini Tugu Insurance juga menunjukkan perbaikan dari kualitas underwriting yang ditunjukkan dengan adanya penurunan total klaim. Pada produk asuransi properti, terjadi penurunan klaim hampir mencapai 10% YoY. Sedangkan untuk asuransi kredit total klaim turun tajam lebih dari 70% YoY.
"Kondisi klaim Tugu Insurance ini masih jauh lebih baik dibandingkan dengan kondisi di industri secara umum. Kinerja Tugu Insurance lebih unggul dibandingkan rata-rata industri, baik dari sisi pertumbuhan premi maupun manajemen risiko klaim. Ini menunjukkan efektivitas strategi underwriting dan manajemen risiko yang diterapkan Tugu di tengah kondisi industri yang menantang," tegasnya.
Baca Juga
Saat ini, proteksi asuransi dalam program KPR kian menantang. Non performing loan (NPL) KPR rumah tangga per Mei 2025 tembus 3,17%, memburuk dibanding akhir 2024 di level 2,61%. NPL KPR rumah tangga ini menjadi rekor terburuk dalam empat tahun terakhir, bahkan lebih buruk dibanding masa pandemi Covid-19 pada 2020 di level 2,65%.
Di sisi lain, pertumbuhan KPR rumah tangga justru melambat di level 7,98% YoY, terendah sejak 2022. Ini artinya bagi industri asuransi penutupan proteksi KPR semakin berisiko sedangkan objek asuransinya tumbuh melambat.
Menghadapi situasi ini, Adi menjabarkan strategi utama Tugu Insurance dalam menjaga profitabilitas bisnis proteksi KPR adalah dengan melakukan selektif underwriting yang ketat.
Tugu Insurance juga meningkatkan standar underwriting secara selektif dengan memperhatikan kualitas kredit debitur (credit scoring), penilaian kualitas aset properti dan aspek likuiditas jaminan. Perusahaan melakukan penilaian risiko dengan mengutamakan penjaminan risiko pada debitur dengan profil risiko yang rendah hingga moderat.
Selanjutnya, strategi perusahaan adalah dengan melakukan diversifikasi risiko melalui kolaborasi dengan bank mitra rekanan. Tugu Insurance menjalin kerja sama eksklusif atau preferensial dengan bank-bank yang memiliki kualitas portofolio KPR yang baik.
Perusahaan juga menerapkan dynamic pricing atau penetapan premi dinamis berbasis risiko. Tugu Insurance menerapkan sistem premi dinamis yang fleksibel dan berbasis risiko (riskbased pricing) dengan mempertimbangkan beberapa aspek penting lainnya.
"Dengan pendekatan-pendekatan ini, Tugu Insurance berupaya menjaga keseimbangan antara risiko dan profitabilitas, serta memastikan layanan perlindungan yang diberikan tetap sustainable dalam jangka panjang," tegasnya.
Adi menambahkan, Tugu Insurance tetap melihat prospek jangka panjang asuransi KPR masih menjanjikan, mengingat masih besarnya kebutuhan masyarakat terhadap hunian dan adanya berbagai program pemerintah yang mendukung sektor perumahan.
Namun, Adi memahami bahwa dalam jangka pendek, industri sedang menghadapi tekanan signifikan akibat naiknya risiko kredit properti. Untuk menjaga stabilitas industri asuransi untuk KPR, menurutnya dukungan regulator dan instansi terkait sangat diperlukan.
Meskipun proteksi KPR kian menantang, Adi menegaskan bahwa perusahaan berkomitmen mendukung program KPR pemerintah dengan pendekatan underwriting yang lebih selektif dan prudent.
"Risk appetite perusahaan berada pada tingkat moderat, namun tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian (moderate-cautious). Kami mengutamakan penjaminan risiko kredit yang prudent berbasis pada kualitas underlying asset (properti), profil debitur, serta kondisi ekonomi makro," pungkasnya.