Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan penyelenggara fintech P2P lending PT Akseleran Keuangan Inklusif Indonesia optimistis adanya peningkatan laba pada tahun ini. Perusahaan mengklaim pada tahun lalu telah membukukan laba meskipun tergolong kecil.
CEO Akseleran, Ivan, mengungkapkan bahwa ada beberapa faktor yang akan menentukan pertumbuhan laba perusahaan.
“Akhir 2024 kami laba, tapi masih kecil, di bawah Rp10 miliar. Kalau pendanaan bisa tumbuh, revenue bisa tumbuh, opex bisa disiplin, itu bisa naik terus profitnya,” kata Ivan kepada Bisnis, pada Selasa (25/2/2025).
Menurutnya, pertumbuhan pendanaan akan berpengaruh langsung terhadap peningkatan pendapatan (revenue). Dengan semakin banyaknya dana yang tersalurkan kepada peminjam, fintech lending dapat memperoleh pendapatan lebih tinggi dari biaya layanan dan bunga pinjaman.
Namun, di tengah tantangan ekonomi global dan nasional, efisiensi operasional tetap menjadi faktor kunci. Ivan menekankan pentingnya disiplin dalam pengelolaan biaya operasional (opex) agar profitabilitas terus meningkat. Optimisme terhadap pertumbuhan industri fintech lending juga sejalan dengan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yang mencatat laba industri fintech P2P lending setelah pajak mencapai Rp1,65 triliun per akhir 2024, naik dari Rp1,27 triliun pada November 2024.
Di sisi lain, AFPI pun mengungkap bahwa industri fintech P2P lending akan mencatatkan pertumbuhan pada tahun ini, meskipun menghadapi berbagai tantangan ekonomi. Ketua Umum AFPI, Entjik S. Djafar, mengatakan bahwa tantangan ekonomi tahun ini cukup berat, terutama karena faktor ketidakpastian kondisi global maupun nasional. Namun, di sisi lain, masih terdapat peluang bagi industri.
Baca Juga
“Kami tetap optimistis pada 2025 ada peningkatan laba, walaupun secara angka tidak terlalu besar, karena tantangan ekonomi untuk tahun 2025 sangat berat, terutama faktor ketidakpastian iklim ekonomi baik global maupun nasional,” kata Entjik kepada Bisnis, pada Selasa (25/2/2025).
Menurutnya, salah satu faktor yang dapat mendorong pertumbuhan industri adalah naiknya penyaluran dana (disbursement), seiring dengan peralihan masyarakat dari pinjol ilegal ke layanan fintech pendanaan resmi yang terdaftar di OJK. Selain itu, meningkatnya kesadaran masyarakat dalam membayar pinjaman tepat waktu turut memberikan dampak positif bagi keberlanjutan bisnis fintech lending.
“Namun ada juga peluang, yakni naiknya disbursement karena banyak masyarakat yang beralih dari pinjol ke pindar [resmi]. Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam membayar tepat waktu,” tambahnya.
Sebagai strategi menghadapi 2025, AFPI menekankan pendekatan konservatif dengan tetap menerapkan tata kelola perusahaan fintech P2P lending yang baik dan prinsip kehati-hatian dalam operasionalnya. Selain itu, AFPI terus berupaya melakukan edukasi kepada masyarakat agar dapat beralih dari penggunaan pinjol ilegal ke layanan fintech lending yang telah berizin.
“Edukasi tetap dilakukan agar market switching dari pinjol ilegal bisa beralih ke pindar,” tegasnya.