Bisnis.com, JAKARTA – Aset industri dana pensiun sukarela per Februari 2025 tercatat masih tumbuh. Meski demikian, pertumbuhannya terkoreksi cukup dalam dibandingkan pertumbuhan pada periode Februari 2024. Tren tersebut juga dibarengi dengan menyusutnya pertumbuhan iuran program dana pensiun sukarela di Indonesia.
Syarif Yunus, Asesor Kompetensi LSP Dana Pensiun menyebut perlambatan tersebut erat kaitannya dengan dampak dari kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
"Melambatnya pertumbuhan bisa jadi disebabkan kondisi ekonomi makro, khususnya tarif Trump, sehingga membuat perusahaan wait and see untuk mengikuti program pensiun. Harus diakui, pertumbuhan dana pensiun bisa terjadi karena adanya kepercayaan baru, baik dari korporasi maupun individu. Bila melambat, berarti peserta barunya kurang optimal dengan alasan apa pun," kata Syarif kepada Bisnis, Senin (21/4/2025).
Meski sedang dalam tekanan, Syarif menilai peluang pertumbuhan industri dana pensiun di Indonesia masih besar, khususnya apabila dana pensiun dikaitkan dengan perencanaan hari tua.
"Replacement rate pensiun Indonesia yang hanya 10% harus ditingkatkan ke rekomendasi ILO sebesar 40% dari gaji terakhir. Peluang lainnya, masih besar sektor pekerja informal dan individual di Indonesia yang masih bisa digarap," ujarnya.
Di sisi lain, peluang tersebut menurut Syarif bisa jadi percuma jika tantangan seperti edukasi dan literasi dana pensiun tidak berjalan optimal. Selain itu, akses digital dana pensiun di Indonesia juga menjadi faktor penghambat laju pertumbuhan industri dana pensiun.
Baca Juga
Dengan semua kondisi tersebut, menurutnya, regulator perlu turun tangan. Menurutnya, regulator perlu melakukan berbagai inisiatif yang sebenarnya sudah ada aturannya di dalam regulasi.
"Seperti manfaat pensiun lainnya, manfaat lain, manfaat berkala, iuran sukarela, pengelolaan investasi yang optimal, dan teknologi digital yang memadai. Progress-nya harus terlihat ke depannya, termasuk mendorong pendirian Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) dari manajer investasi," pungkasnya.
Adapun nilai aset program pensiun sukarela per Februari 2025 hanya tumbuh 2,36% year-on-year (yoy) menjadi Rp381,13 triliun, dengan nilai iuran yang hanya tumbuh 3,25% yoy menjadi Rp5,79 triliun.
Dibandingkan Februari 2024, nilai aset program pensiun sukarela saat itu tumbuh 7,03% menjadi Rp372,34 triliun, dengan nilai iuran yang juga tumbuh 16,18% yoy menjadi Rp5,61 triliun.
Mundur lebih jauh, pada periode Desember 2023, aset dana pensiun sukarela tumbuh 6,91% yoy, dengan nilai iuran program pensiun sukarela saat itu bahkan melesat 19,90% yoy