Bisnis.com, JAKARTA – Pembiayaan kendaraan baru industri multifinance per Mei 2025 kontraksi 0,24% year on year (YoY) menjadi Rp234,18 triliun. Dalam periode yang sama, pembiayaan kendaraan bekas mengalami pertumbuhan 10% YoY menjadi 117,55 triliun.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (AAPI) Suwandi Wiratno menjelaskan perubahan pola belanja masyarakat itu seiring turunnya daya beli masyarakat. Dia menyebut, daya beli menjadi kunci peningkatan pembiayaan mobil baru
"Daya beli turun ini bukan hanya satu dua bulan, sudah cukup lama [pelemahan] daya beli ini. Mungkin berjalan hampir setahun. Daya beli ini belum kembali ke arah lebih positif karena kita tahu keadaan ini tidak cuma di Indonesia saja," kata Suwandi saat ditemui di Kantor Bisnis, Jakarta, baru-baru ini (16/7/2025)
Suwandi mengatakan pertumbuhan ekonomi di Indonesia memang masih lebih baik dari beberapa negara lain. Namun, situasi domestik saat ini juga tertekan oleh faktor geopolitik seperti kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
"Kemudian di Indonesia sendiri ada penurunan daya beli, ada perusahaan-perusahaan yang memutuskan untuk merumahkan pekerja, PHK pekerja. Ini kan dampaknya akan terus menjadi domino efek," ujarnya.
Asosiasi melihat pemerintah sudah bergerak berupaya mengatasi pelemahan daya beli. Misalnya, lobi-lobi pemerintah ke luar negeri untuk mencari investasi atau melalui stimulus-stimulus seperti kebijakan insentif di sektor otomotif. Suwandi melihat hasil dari upaya pemerintah ini tidak bisa instan, butuh waktu sampai berimbas pada peningkatan kinerja industri multifinance.
Baca Juga
Suwandi menjelaskan ada tiga faktor yang membuat ekonomi bergulir. Pertama adalah daya beli yang harus ditingkatkan. Kedua adalah penciptaan lapangan pekerjaan, serta yang ketiga adalah dengan belanja pemerintah melalui proyek-proyek yang bisa membuka lapangan kerja dan putaran ekonomi
"Kalau itu terjadi, kita tentu dunia keuangan, terutama multifinance, kita hubungannya sebab akibat. Kalau terjadi penurunan ya pasti kita turunnya jauh lebih cepat. Kalau terjadi peningkatan kita juga meningkat. Intinya adalah bagaimana ekonomi bergerak," jelasnya.
Situasi ekonomi dan daya beli saat ini menurutnya bisa menggambarkan, apakah sepanjang tahun ini tren pembiayaan kendaraan bekas akan terus naik sedangkan pembiayaan kendaraan baru terkontraksi.
"Kalau pembiayaan, itu kembali lagi tergantung dana yang cukup di setiap kantong masyarakat. Kalau sekarang semua perusahaan lagi susah, bonus tidak dapat, gaji tidak naik, tentu ngapain dia ambil [pembiayaan kendaraan]. Semua harus disesuaikan," ujarnya.
Adapun dalam lima bulan pertama 2025 pembiayaan kendaraan bermotor menyumbang 76,85% dari total penyaluran pembiayaan industri multifinance. Meskipun pembiayaan kendaraan baru kontraksi, porsinya masih mendominasi dibanding kendaraan bekas, yakni 44,07% dibanding 22,12%.
Dengan adanya potensi pembiayaan kendaraan bekas makin meningkat, Suwandi mengatakan strategi pembiayaan kendaraan oleh setiap pemain multifinance akan bergantung pada strategi masing-masing perusahaan.
"Risiko strategi masing-masing tentu akan punya cara-cara untuk mereka tumbuh. Perusahaan kalau tidak tumbuh, susah. Bagaimana dia untuk tumbuh dia akan mencari, mencari ke mana dia akan bisa dapat portofolio yang sehat. Apakah dia akan ke bekas atau ke mana saya tidak tahu, masing-masing ada strateginya sendiri," pungkasnya.
Sebagai pembanding, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) telah mengumumkan data kinerja penjualan mobil nasional yang masih melemah pada Juni 2025.
Mengacu data terbaru Gaikindo yang diterima Bisnis, penjualan mobil secara wholesales pada Juni 2025 sebesar 57.760 unit, atau merosot 22,6% secara year on year (yoy) dibandingkan Juni 2024 sebanyak 74.615 unit.
Di lain sisi, penjualan mobil secara ritel alias dari dealer ke konsumen juga anjlok 12,3% yoy menjadi 61.647 unit pada Juni 2025, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebanyak 70.290 unit.
Alhasil, sepanjang periode Januari-Juni 2025, total penjualan mobil wholesales ambles 8,6% yoy menjadi 374.740 unit, dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya sebanyak 410.020 unit. Sementara itu, penjualan mobil secara ritel pun turun 9,7% menjadi 390.467 unit, dibandingkan 6 bulan pertama 2024 sebanyak 432.453 unit.