Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Sentral Bantah Likuiditas Ketat, Begini Penjelasannya

Bank Indonesia menegaskan likuiditas pasar uang memadai pasca penurunan suku bunga acuan atau BI Rate.
Logo Bank Indonesia (BI) di kantor pusat Bank Indonesia, Jakarta pada Kamis (23/11/2023). / Bloomberg-Rosa Panggabean
Logo Bank Indonesia (BI) di kantor pusat Bank Indonesia, Jakarta pada Kamis (23/11/2023). / Bloomberg-Rosa Panggabean
Ringkasan Berita
  • Bank Indonesia menegaskan bahwa likuiditas di pasar uang saat ini memadai, didukung oleh penurunan suku bunga acuan yang mendorong penurunan suku bunga pasar uang antarbank atau Indonesia Overnight Index Average (INDONIA).
  • Rata-rata ketersediaan dana di pasar mencapai lebih dari Rp90 triliun, dengan volume pasar uang stabil di sekitar Rp70 triliun, menunjukkan kondisi likuiditas yang mencukupi.
  • Bank Indonesia berkomitmen untuk menurunkan suku bunga dan mendorong pertumbuhan kredit dengan mengurangi penerbitan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) berjangka panjang dan memperkuat Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia membantah kondisi likuiditas saat ini ketat. Usai penurunan suku bunga acuan atau BI Rate, kondisi likuiditas diklaim semakin memadai, setidaknya di pasar uang. 

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas (DPMA) Erwin Gunawan Hutapea menjelaskan bahwa transaksi di pasar merespons penurunan suku bunga acuan yang telah dilakukan. 

Tercermin dari data 16 Juli hingga 22 Juli 2025, suku bunga di pasar bergerak turun. Termasuk suku bunga pasar uang antarbank atau Indonesia Overnight Index Average (INDONIA) yang kemarin, Rabu (23/7/2025), ditutup pada level 4,83%. Lebih rendah dari 5,14% pada 15 Juli 2025. 

“Satu respons yang sangat positif menunjukkan bahwa likuiditas yang ada di pasar itu berada pada jumlah yang sangat mencukupi,” jelasnya dalam Taklimat Media, Kamis (24/7/2025).

Berdasarkan pengamatan Erwin, saat ini rata-rata ketersediaan dana atau available fund pada pagi hari di pasar sudah mencapai di atas Rp90 triliun. Artinya, likuiditas berada pada jumlah yang sangat memadai.  

“Kalau ada pandangan yang mengatakan likuiditas berada dalam kondisi ketat, di pasar uang setidaknya kami bisa katakan likuiditas itu berada pada jumlah yang sangat memadai,” tuturnya. 

Lebih lanjut, Erwin menyampaikan bahwa volume pasar uang cenderung stabil di angka kisaran Rp70 triliun secara total. Baik pada transaksi di pasar sekunder, swap valas, maupun Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). 

Kemudian dari sisi komposisi, untuk melakukan pengelolaan likuiditas, BI akan mendorong komposisi likuiditas semakin bergeser ke tenor yang lebih pendek, di mana BI akan mengurangi penerbitan SRBI dengan tenor panjang. 

Bahkan, imbal hasil SRBI pun telah diturunkan sebesar 161 basis poin, dari 7,30% menjadi 5,69% untuk tenor 12 bulan. Angka tersebut bahkan sudah lebih rendah dari periode 11 Juli 2025, yang kala itu suku bunga SRBI untuk tenor 6, 9, dan 12 masing-masing sebesar 5,85%, 5,86%, dan 5,87%. 

“Ini menunjukkan betapa kuatnya komitmen Bank Indonesia untuk terus mendorong agar suku bunga turun, agar likuiditas terus bertambah dan kredit segera tumbuh,” ungkapnya. 

Untuk volume pasar valas, baik cash market, today tomorrow spot (TTS), forward swap, dan Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), Erwin mengungkapkan berada pada jumlah yang cukup stabil untuk memfasilitasi pelaku pasar dalam memenuhi kebutuhan valas. Meski demikian, dirinya tidak menyebutkan besarannya secara detail.

Di samping itu, dalam upaya melonggarkan likuiditas, Bank Indonesia terus memperkuat implementasi Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) untuk mendorong pertumbuhan kredit/pembiayaan perbankan. Hingga minggu pertama Juli 2025, total insentif KLM mencapai Rp376 triliun. Angka tersebut meningkat dari akhir tahun lalu yang senilai Rp251 triliun.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro