Bisnis.com, JAKARTA– PT Tugu Reasuransi Indonesia (Tugure) melalui Tugure Academy kembali menyelenggarakan Sharing Session internasional, kali ini di Korea setelah sebelumnya sukses digelar di Thailand dan Jepang.
Kegiatan yang melibatkan 21 mitra usaha ini mengangkat tema “Charging The Future: Managing Risks in the EV Industry” sebagai wujud komitmen Tugure dalam mendukung transformasi industri perasuransian seiring perkembangan teknologi dan energi terbarukan.
Dalam sambutannya, Direktur Keuangan Tugure Dradjat Irwansyah menyampaikan apresiasi kepada para mitra usaha yang konsisten mendukung kegiatan Sharing Session.
Dia menegaskan bahwa forum ini menjadi ruang diskusi bersama, tidak hanya bagi segmen general insurance, tetapi juga life insurance. Lebih jauh, Dradjat juga menyoroti pembentukan Operation Support Department (OSD) sebagai langkah strategis Tugure untuk meningkatkan pelayanan sesuai kebutuhan mitra.
OSD merupakan unit kerja baru yang difokuskan untuk meningkatkan akurasi data premi dan klaim. OSD berfungsi melakukan rekonsiliasi berkala, monitoring SLA akseptasi, hingga pengawasan aging klaim agar penyelesaian semakin cepat dan transparan.
“Dengan adanya OSD, rekonsiliasi dilakukan sejak awal sehingga proses klaim menjadi lebih mudah dan terukur sehingga likuiditas terjaga, dan laporan keuangan berbasis IFRS 17 semakin akurat,” jelasnya.
Baca Juga
Pada sesi utama, Aries Karyadi, Property & Engineering Group Head Tugure, memaparkan berbagai risiko seiring perkembangan industri Electric Vehicle (EV).
Dia menekankan bahwa dorongan global melalui Paris Agreement 2018 serta insentif pemerintah Indonesia bagi industri EV memunculkan tantangan besar, terutama terkait baterai lithium sebagai komponen utama.
Aries menjelaskan risiko overcharging, overheating, thermal runaway, hingga kebakaran baterai yang sulit dipadamkan dengan metode konvensional.
“Lebih dari 50% nilai EV ada pada baterai. Satu cell saja yang rusak bisa berakibat fatal. Oleh karena itu, dalam polis maupun survei risiko, faktor-faktor ini harus diperhatikan secara khusus,” tegasnya.
Selain itu, Aries juga menyinggung risiko rantai logistik EV, termasuk kebutuhan asuransi third party loss pada transportasi seperti kapal RORO. Dia menegaskan pentingnya penyesuaian premi sesuai tingkat risiko serta perlindungan tambahan yang dibutuhkan.
“Industri asuransi memiliki peran penting dalam mendukung transisi energi, salah satunya melalui edukasi risiko green energy dan penerapan standar mitigasi yang ketat,” tambahnya.
Menutup sesi, R. Djoko Slamet Prasetiyo, Direktur Teknik Tugure, menekankan pentingnya kolaborasi erat antar pelaku industri dan juga regulator agar tercapai solusi win-win dalam pengelolaan risiko EV.
“Fenomena EV ini adalah peluang sekaligus tantangan. Tugure hadir untuk memastikan industri asuransi Indonesia tidak tertinggal momentum, belajar dari negara produsen EV seperti Korea, dan menyiapkan strategi mitigasi yang tepat,” pungkasnya.
Melalui Sharing Session ini, Tugure menegaskan perannya sebagai perusahaan reasuransi yang tidak hanya menyediakan kapasitas proteksi, tetapi juga aktif memberikan wawasan, edukasi, dan solusi inovatif bagi industri asuransi di tengah transformasi energi dan teknologi.