Bisnis.com, JAKARTA – PT Asuransi Astra Buana mengungkapkan strategi yang diterapkan sehingga mampu mendorong merek Garda Oto sebagai asuransi mobil selama 30 tahun terakhir.
Hendry Yoga, Direktur Operasi Asuransi Astra, menyebut dalam menjalankan bisnis, perusahaan telah mentransformasi Garda Oto dari merek dagang menjadi pelayanan.
"Seperti kita ketahui, pada asuransi awal, bisnisnya adalah komoditas sehingga pertarungannya pada harga. Jika bertarung di harga, maka bisnis akan berdarah-darah," kata Hendry dalam perayaan tiga dekade Garda Oto di Jakarta, Selasa (27/5/2025).
Untuk itu, kata Hendry, perusahaan membangun pembeda agar Garda Oto dapat diterima di tengah pasar.
"Kami tambahkan pembeda [agar tumbuh], kami tambah servis. Yang dijual rasa aman," katanya.
Dengan mengedepankan strategi ini, Hendry menjelaskan produk andalan Asuransi Astra ini berfokus pada nilai tambah bagi pelanggan. Perusahaan berusaha menjadi solusi dengan menyajikan beragam terobosan.
Alumni Institut Teknologi Bandung itu mengungkapkan langkah yang dibangun Astra menjadi tren di industri. Beberapa terobosan itu seperti call center, layanan siaga, bengkel quick repair, hingga klaim lewat digital.
Presiden Direktur Asuransi Astra Maximiliaan Agatisianus dalam kesempatan yang sama mengungkapkan dalam menjalankan bisnis, Garda Oto ikut terdampak dengan fluktuasi dalam industri. "Naik turunnya penjualan kendaraan bermotor hingga [melambatnya bisnis] multifinance, kami juga mengalami itu [fluktuasi bisnis]," katanya.
Baca Juga
Meski demikian, dia menyebutkan dalam setiap kondisi bisnis perusahaan selalu mengedepankan komitmen sebagai perusahaan berbasis pelanggan.
Maximiliaan yang menjabat posisi Presiden Direktur Asuransi Astra sejak April 2025 lalu itu menjelaskan bahwa saat ini terdapat tantangan literasi dan inklusi untuk asuransi umum. Untuk itu, dia mendorong peran semua pihak untuk meningkatkan kesadaran berasuransi. Termasuk di asuransi umum.
Kinerja Keuangan
Strategi bisnis Asuransi Astra ini sendiri menumbuhkan hasil yang solid. Dikutip dari laporan keuangan 2024 yang dipublikasikan, Asuransi Astra mencatatkan pendapatan premi sebesar Rp7,09 triliun sepanjang 2024 lalu. Jumlah ini tumbuh 16,59% dibandingkan periode sebelumnya sebesar Rp6,78 triliun.
Dari pendapatan premi ini, perusahaan melaporkan pendapatan underwriting mencapai Rp5,29 triliun, tumbuh kuat dari posisi 2023 sebesar Rp4,41 triliun.
Perusahaan juga melaporkan menjaga komitmen dalam memenuhi klaim nasabah. Tercatat, Asuransi Astra membayar klaim bruto sebesar Rp4,15 triliun, naik dari posisi Rp3,26 triliun pada 2023.
Asuransi Astra juga melaporkan peningkatan hasil investasi yang mencapai Rp921,47 miliar, dibandingkan Rp878,53 miliar dari tahun sebelumnya.
Setelah dikurangi beban usaha dan pajak, total laba komprehensif yang dibukukan mencapai Rp1,32 triliun, naik dari posisi 2023 yang membukukan laba komprehensif sebesar Rp1,22 triliun.
Kenaikan laba ini turut memacu pertumbuhan aset. Hingga akhir 2024, total kekayaan perusahaan berupa aset investasi mencapai Rp15,66 triliun dan aset bukan investasi sebesar Rp4,51 triliun.
Capaian ini membuat total aset Asuransi Astra pada 2024 mencapai Rp20,17 triliun, dibandingkan Rp18,37 triliun pada 2023.
Sementara itu, ekuitas perusahaan mencapai Rp8,35 triliun, dibandingkan Rp7,75 triliun pada 2023. Perusahaan juga membentuk cadangan teknis sebesar Rp7,08 triliun dan utang sebesar Rp4,7 triliun.
Peningkatan laba ini membuat tingkat solvabilitas Asuransi Astra pada 2024 makin kuat menjadi 307,46%, jauh di atas ketentuan OJK yang menetapkan minimal 120%.