Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) mencatat realisasi penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) sepanjang Januari—Juni 2025 mencapai Rp83,88 triliun dengan rasio kredit bermasalah sebesar 2,48%.
Hingga akhir kuartal II/2025, realisasi penyaluran KUR oleh BRI itu setara dengan 47,93% dari total alokasi KUR tahun ini sebesar Rp175 triliun.
Direktur Utama BRI Hery Gunardi menekankan bahwa KUR memiliki peran penting dalam mendorong pertumbuhan usaha masyarakat dan perluasan kesempatan kerja. Dia menyebut bahwa akses terhadap modal yang terjangkau merupakan kunci dalam meningkatkan skala usaha dan menciptakan dampak ekonomi yang lebih luas.
Realisasi penyaluran KUR itu menunjukkan komitmen BRI dalam memperkuat pemberdayaan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Melalui peran aktif sebagai penyalur utama KUR, lanjutnya, BRI menghadirkan akses pembiayaan yang inklusif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat secara berkelanjutan.
Menurut Hery, penyaluran KUR didorong sebagai solusi keuangan bagi pelaku UMKM untuk memperkuat kapasitas usaha dan mendorong pertumbuhan ekonomi di berbagai sektor.
“KUR menjadi instrumen penting dalam memperluas inklusi keuangan, khususnya bagi pengusaha UMKM yang selama ini terkendala akses permodalan,” ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (23/7/2025).
Hery menjabarkan program KUR mampu mendorong peningkatan produktivitas sekaligus menciptakan lapangan kerja di berbagai sektor strategis. Bank pelat merah itu meyakini bahwa pembiayaan yang tepat sasaran akan memperkuat kontribusi sektor riil terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.
“KUR bukan sekadar instrumen pembiayaan, tetapi merupakan langkah penting dalam mendorong pengusaha UMKM agar lebih tangguh dan produktif.”
Berdasarkan catatan perseroan, sebagian besar KUR yang disalurkan BRI dialokasikan ke sektor produksi. Tercatat sekitar 63,63% dari total penyaluran mengalir ke sektor seperti pertanian, perikanan, industri pengolahan, dan kegiatan produksi lainnya.
Lebih terperinci, sektor pertanian menjadi penyerap terbesar KUR dengan nilai pembiayaan mencapai Rp37,11 triliun atau sekitar 44,25% dari total KUR yang telah disalurkan hingga akhir Juni 2025. Sektor pertanian dinilai sebagai sektor esensial dalam mendukung ketahanan pangan nasional.
KUR Mengalir ke UMKM MBG
Selain sektor pertanian, BRI juga mengalirkan KUR ke UMKM yang terlibat dalam program-program sosial, termasuk Makan Bergizi Gratis (MBG).
Salah satu pemilik usaha katering MBG yang menerima fasilitas KUR BRI ialah Maida Desy Amnah. Pemilik katering RKP di Kecamatan Kayu Agung, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, itu telah tiga kali memanfaatkan KUR untuk memperluas kapasitas dan skala usahanya yang dia rintis sejak 2009.
“Pembiayaan KUR BRI kami gunakan untuk menambah kapasitas dan peralatan dapur. Khusus yang ketiga, memang kami ajukan untuk memenuhi kebutuhan usaha karena modalnya cukup besar harus mengikuti standar pemerintah,” jelas Maida dalam keterangan resmi, baru-baru ini.
Peningkatan standar kelaikan dapur itu dilakukan katering RKP dalam rangka mengikuti proses seleksi sebagai mitra penyedia makanan untuk program MBG. Menurut Maida, dana KUR digunakan untuk menambah peralatan dan meningkatkan kapasitas produksi.
“Waktu itu kami memang ingin mengembangkan usaha, lalu mendaftar sebagai mitra dapur MBG. Setelah diverifikasi oleh yayasan dan pihak provinsi, Alhamdulillah dapur kami dinilai layak,” ucapnya.
Saat ini, Maida mengungkapkan sebagai salah satu mitra pelaku UMKM dalam program MBG tahap pertama, pihaknya telah dipercaya untuk mengelola produksi dan distribusi ribuan porsi makanan bergizi setiap hari kerja ke 6 sekolah, yang mencakup jenjang TK, SD, SMP, hingga SMA dengan total penerima manfaat mencapai 3.028 siswa.
Terpisah, Corporate Secretary BRI Agustya Hendy Bernadi mengatakan dukungan pembiayaan KUR memang telah menjadi bagian dari komitmen BRI dalam menciptakan dampak sosial berkelanjutan melalui pemberdayaan sektor UMKM. Dukungan ini diyakini mampu menghasilkan efek berganda (multiplier effect) yang nyata bagi perekonomian lokal.
“BRI menilai bahwa Program Makan Bergizi Gratis (MBG) bukan semata tentang pemenuhan kebutuhan gizi, tetapi juga tentang membuka perputaran ekonomi di tingkat akar rumput,” paparnya.
Menurut Hendy, BRI hadir untuk memastikan pelaku UMKM yang menjadi bagian dari rantai pasok program ini dapat tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan.