Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk. (PNBS) mencatatkan laba tahun berjalan sebesar Rp26,13 miliar pada semester I/2025. Laba Panin Syariah terkontraksi 68,86% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp83,93 triliun.
Penurunan laba terutama disebabkan oleh lesunya pendapatan dari penyaluran dana yang mencapai 3,56% menjadi Rp576,02 miliar dari Rp597,34 miliar pada semester I/2024.
Secara rinci pendapatan dari bagi hasil Bank Panin Syariah dibagi menjadi beberapa bagian. Pertama, pendapatan dari piutang yang lesu 53,73% menjadi Rp3,03 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yakni Rp6,56 miliar.
Kedua, Bank Panin Syariah turut mencatatkan pendapatan dari bagi hasil sebesar Rp442,55 miliar, turun 3,81% dari semester I/2024 senilai Rp460,09 miliar. Sementara, pendapatan bagi hasil untuk pemilik dana investasi mencapai Rp403,12 miliar, tumbuh 12,86% dari Rp357,16 miliar.
Dalam periode ini, Bank Panin Syariah tidak membukukan beban penurunan nilai aset keuangan (impairment loss), bahkan pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Berdasarkan laporan keuangannya, Bank Panin Syariah tidak mencatatkan kerugian penurunan nilai aset keuangan maupun non-keuangan sepanjang enam bulan pertama tahun ini.
Baca Juga
Dari sisi intermediasi, fungsi intermediasi Bank Panin Dubai Syariah menunjukkan penguatan pada paruh pertama 2025. Pembiayaan bagi hasil sebesar Rp12,22 triliun per 30 Juni 2025, tumbuh 10,56% dari posisi Juni 2024 sebesar Rp11,05 triliun.
Kenaikan tersebut didorong terutama oleh segmen musyarakah yang naik dari Rp9,72 triliun menjadi Rp10,56 triliun, sementara mudharabah turut meningkat dari Rp1,33 triliun menjadi Rp1,66 triliun.
Di sisi lain, total piutang pada akhir Juni 2025 tercatat sebesar Rp336,55 miliar, tumbuh 69,94% dari Rp198,03 miliar pada Juni 2024. Bank Panin Dubai Syariah membukukan penurunan tipis pada cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan sebesar 13,29% secara tahunan, dari Rp243,84 miliar pada Juni 2024, menjadi Rp211,41 miliar per 30 Juni 2025.
Bank Panin Dubai Syariah juga mencatatkan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 8,93% menjadi Rp13,06 triliun per 30 Juni 2025, naik dari Rp11,98 triliun pada Juni 2024. Pertumbuhan ini terutama ditopang oleh peningkatan dana investasi nonprofit sharing dalam bentuk deposito yang mencapai Rp11,03 triliun.
Adapun, Bank Panin Dubai Syariah menghadapi tekanan pada sejumlah indikator kinerja utama sepanjang semester I/2025. Return on Assets (ROA) tercatat hanya 0,3%, turun signifikan dari 1,02% pada periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, Return on Equity (ROE) juga merosot dari 6,76% menjadi 2,26%.
Tekanan ini turut tercermin dari peningkatan rasio pembiayaan bermasalah. Non Performing Financing (NPF) gross melonjak menjadi 3,88% dari 2,66% pada Juni 2024, sementara NPF net naik menjadi 3,12% dari sebelumnya 1,74%. Rasio aset produktif bermasalah terhadap total aset produktif juga naik menjadi 2,97% dari 2,13%.
Sejalan dengan memburuknya kualitas aset, efisiensi operasional pun tergerus. Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) membengkak menjadi 95,92%, dari 87,50% setahun sebelumnya. Begitu pula dengan Cost to Income Ratio (CIR) yang naik tajam dari 66,35% menjadi 87%.
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) tercatat menurun menjadi 19,78% dari 23,11% pada Juni 2024, menandakan adanya pelemahan pada struktur permodalan. Financing to Deposit Ratio (FDR) menurun menjadi 97,29% dari 98,06%. Sementara, rasio pembiayaan bagi hasil terhadap total pembiayaan naik menjadi 96,23% dari 94,06%.