Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Mega Syariah melihat tren penurunan suku bunga acuan dapat menjadi momentum untuk mendorong pertumbuhan bisnisnya melalui pendekatan Business-to-Business-to-Consumer atau B2B2C.
Corporate Secretary Division Head Bank Mega Syariah Hanie Dewita menyampaikan pihaknya menggandeng lembaga pendidikan dan kesehatan untuk menjaring dana institusi sekaligus individu di dalamnya.
“Dengan kekuatan ekosistem B2B2C, Bank Mega Syariah dapat menghasilkan net interest margin (NIM) lebih optimal,” kata Hanie dalam keterangannya, Selasa (26/8/2025).
Hanie mengatakan, meski tidak menggunakan bunga (interest) sebagai dasar operasional, kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI) turut menjadi pertimbangan acuan bagi hasil Bank Mega Syariah.
Untuk diketahui, Bank Indonesia (BI) dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 19-20 Agustus 2025 memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan atau BI Rate sebesar 25 bps menjadi 5,00%. Otoritas moneter itu tercatat telah menurunkan suku bunga acuannya sebanyak 5 kali, masing-masing 25 bps pada September 2024, Januari, Mei, Juli dan Agustus 2025.
Lebih lanjut, bank milik CT Corp. ini fokus memperkuat fundamental bisnis dengan menjaga komposisi dana murah untuk menjaga daya saing. Menurutnya, strategi ini membuat perseroan mampu menawarkan pembiayaan dengan harga yang lebih kompetitif kepada nasabah.
Baca Juga
Hingga Juli 2025, perseroan membukukan penyaluran pembiayaan sebesar lebih dari Rp9,18 triliun. Realisasi itu meningkat sebesar 25,6% secara tahunan (year on year/YoY) dibandingkan Juli 2024. Kinerja positif itu didorong oleh peningkatan pembiayaan korporasi yang naik 16,88% hingga mencapai lebih dari Rp3,9 triliun, atau setara dengan 43% dari total pembiayaan.
Bank milik CT Corp. itu turut memperkuat produk pembiayaan konsumer, khususnya pada produk pembiayaan tanpa agunan (Flexi Mitra) untuk nasabah payroll. Untuk versi nonpayroll, Perseroan menawarkan berbagai produk seperti pembiayaan pemilikan rumah (flexi home) dan pembiayaan multiguna (Flexi Multiguna).
Adapun Bank Mega Syariah membukukan total pembiayaan konsumer sebesar Rp523 miliar per Juli 2025, atau naik 46,09% YoY. Dari sisi pengumpulan dana, Bank Mega Syariah terus memperkuat dana pihak ketiga (DPK) khususnya dana murah atau CASA. Tercatat, dana murah yang dihimpun perseroan mencapai Rp3,4 triliun hingga Juli 2025. Realisasi itu tumbuh 8,58% dari periode yang sama tahun lalu.
Hanie mengatakan meningkatnya dana murah turut mendorong DPK Perseroan yang tercatat tumbuh 10,8% atau mencapai Rp10,86 triliun. Dalam mendorong dana murah, Hanie menyebut Perseroan ditopang oleh penguatan ekosistem digital khususnya melalui M-Syariah, aplikasi mobile banking yang menjadi motor penggerak pertumbuhan transaksi ritel.
Tercatat jumlah pengguna aktif M-Syariah meningkat lebih dari 65% hingga pertengahan 2025, dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Volume transaksi QRIS juga tercatat meningkat bahkan lebih dari 120% YoY.
Produk dan program loyalitas seperti Balapan QRIS, Tabungan Haji iB, serta Deposito Berkah Digital juga turut berkontribusi terhadap peningkatan dana pihak ketiga. “Dengan tren penurunan suku bunga, Bank Mega Syariah tetap menjaga daya saing dengan menghadirkan produk pembiayaan yang kompetitif dan sesuai kebutuhan nasabah,” pungkasnya.