Bisnis.com, JAKARTA — Praktisi dan pengamat asuransi Kapler Marpaung mengatakan asuransi marine cargo atau pengangkutan barang di Indonesia saat ini dihadapkan dengan tentangan melemahnya kondisi ekonomi.
Dosen Program Magister Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (UGM) ini menjelaskan bahwa permintaan asuransi marine cargo ini berbanding lurus dengan belanja pemerintah, korporasi, dan rumah tangga.
"Kalau ekonomi baik maka pendapat naik dan permintaan akan barang dan jasa naik, akhirnya akan banyak distrbusi barang dan jasa sehingga permintaan asuransi cargo pun naik. Kan saat ini ada kecenderungan tutunnya daya beli akibat dari turunnya pendapatan dan efiensi anggaran pemerintah. Itu tantangannya," kata Kapler kepada Bisnis, dikutip pada Kamis (17/4/2025).
Dari sisi global, Kapler melihat asuransi marine cargo juga dapat terdampak oleh kondisi perang dagang di mana Amerika Serikat menetapkan kebijakan tarif resiprokal atas barang-barang yang diimpor ke sana.
Kapler menjelaskan, apabila ekspor Indonesia ke AS menggunakan skema Free on Board (FOB) maka tidak akan berdampak pada pembukuan premi di asuransi marince cargo di Indonesia. Sedangkan, potensi pendapatan premi marine cargo akan hilang apabila ekspor Indonesia ke AS menggunakan skema Cost Insurance Freight atau CIF. Saat ini, barang-barang ekspor Indonesia ke AS didominasi oleh model FOB.
"Tetap saja tarif Trump memberikan dampak negatif pada lini asuransi pengangkutan nasional atas ekspor barang. Tapi kan kita harus memahami bahwa dampak tarif Trump ini tidak hanya bagi Indonesia tapi kepada negara lain juga, tentu banyak negara akan mengalami perlambatan dalam perekonomian. Artinya ekspor Indonesia ke negara lain selain Amerika juga pasti kan akan terganggu juga," ujarnya.
Baca Juga
Sepanjang 2024, premi dicatat industri asuransi umum untuk lini usaha marine cargo sebesar Rp5,30 triliun, tumbuh 4,2% (year on year/YoY) atau Rp223 miliar dari Rp5,08 triliun pada periode sebelumnya. Dari total premi dicatat asuransi umum sebesar Rp112,86 triliun, lini usaha marine cargo berkontribusi hanya sebesar 5%.
Meski porsinya masih kecil terhadap total pendapatan premi asuransi umum, Kapler mencatat dalam tiga tahun terakhir kinerja asuransi marine cargo cukup bagus.
"Untuk 2025 saya melihat pertumbuhannya bisa melambat. Menurut saya persaingan pasar di marine cargo cukup baik sampai sekarang, jadi tidak perlu ada intervensi dari regulator," pungkasnya.