Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Adu Kencang Delapan Bank Konglomerat Indonesia, Laju BINA Salip BBCA

Bank-bank besar konglomerat Tanah Air mencatatkan pertumbuhan laba hingga dobel digit pada kuartal III/2023.
Nasabah bertransaksi di Anjungan Tunai Mandiri (ATM) Center, Jakarta, Minggu (30/10). /Bisnis-Abdurachman
Nasabah bertransaksi di Anjungan Tunai Mandiri (ATM) Center, Jakarta, Minggu (30/10). /Bisnis-Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA — Bank-bank besar konglomerat Tanah Air mencatatkan pertumbuhan laba hingga dobel digit pada kuartal III/2023 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Pencapaian tersebut dinilai menjadi hal yang luar biasa di tengah tren suku bunga yang tinggi. 

Bank-bank yang dimiliki grup konglomerasi tersebut memiliki modal inti yang beragam mulai dari Klasifikasi Bank Berdasarkan Modal Inti (KBMI) I dengan modal inti kurang dari Rp6 triliun, KBMI II memiliki modal inti Rp6 triliun - Rp14 triliun, KBMI III untuk modal inti Rp14 triliun - Rp70 triliun, dan KBMI IV dengan modal inti di atas Rp70 triliun.

Apabila diurutkan, aset BCA milik Hartono bersaudara tentu berada di posisi teratas dengan aset Rp36,4 triliun disusul oleh Bank Panin milik Mu'min Ali Gunawan yang membukukan Rp2,83 triliun pada kuartal III/2023 ini.

Namun, jika melihat pertumbuhan aset secara tahunan (year-on-year/yoy) hasilnya berbeda. Di mana, pertumbuhan tersebut menunjukkan seberapa cepat atau lambat pendapatan bersih atau laba suatu entitas meningkat dari satu periode ke periode lainnya.

Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin menilai pertumbuhan laba pada bank konglomerat disebabkan berbagai faktor. Mulai dari adanya dukungan grup usaha yang membuat aktivitas perbankan lebih aktif serta pengelolaan bank yang juga dilakukan dengan baik.

Di mana, ekosistem yang dimiliki seputaran itu bisa melempar kredit aman, menampung Dana Pihak Ketiga (DPK) murah dengan berbagai macam cara  yang menimbulkan potensi besar, sehingga punya aset hingga laba yang berkualitas. 

“Bank konglomerat itu modalnya kencang jadi bisa ekspansi apa saja. Lalu, komitmen Pemegang Saham Pengendali (PSP) kuat. Apalagi, bisnis mereka banyak, pasti perlu dukungan finansial dan menjadi keharusan maintain kinerja bank," ujarnya pada Bisnis, Jumat (3/11/2023)

Lantas, mana bank milik konglomerat yang moncer mendulang cuan?

1. BINA, Anthony Salim 

Konglomerat Anthony Salim, merupakan pemilik PT Bank Ina Perdana Tbk. (BINA). Berdasarkan Forbes, kekayaan Anthony tercatat sebesar US$7,5 miliar atau setara dengan Rp119,32 triliun per Juli 2022. 

PT Bank Ina Perdana Tbk. (BINA) milik taipan Anthony Salim membukukan laba bersih Rp170,49 miliar pada kuartal III/2023. Jika dibandingkan dengan capaian pada periode yang sama tahun sebelumnya, angka tersebut melesat 79,77% dari periode sebelumnya pada yaitu Rp94,83 miliar pada kuartal III/2022.

2. BBHI, Chairul Tanjung

PT Allobank Indonesia Tbk. (BBHI), bank digital hasil kongsi grup Chairul Tanjung (CT), Bukalapak, dan Salim, mencatatkan laba bersih sepanjang sembilan bulan pertama 2023 tumbuh 62,09% secara tahunan (year-on-year/yoy) mencapai Rp338,82 miliar dari posisi sebelumnya Rp209,03 miliar. 

Mengutip laporan publikasi, Selasa (31/10/2023), dari bisnis utama perusahaan, pendapatan bunga tumbuh 98,40% secara tahunan menjadi Rp976,65 miliar pada kuartal III/2023 dari Rp492,26 miliar pada periode yang sama tahun lalu. 

Disusul beban bunga yang naik 155,15% yoy menjadi Rp219,88 miliar dari Rp86,17 miliar.  Dengan demikian, pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) perusahaan masih tumbuh 86,36% yoy menjadi Rp756,77 miliar per September 2023 dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp406,08 miliar.

3. NOBU, James Riady 

PT Bank Nationalnobu Tbk. atau Bank Nobu (NOBU) dimiliki oleh taipan James Riady. Sosoknya melalui PT Putera Mulia Indonesia (PMI) menjadi resmi menjadi pemegang saham pengendali (PSP) terakhir atau ultimate shareholder Bank Nobu, menggantikan ayahnya Mochtar Riady.

PT Bank Nationalnobu Tbk. (NOBU) milik taipan James Riady membukukan laba bersih Rp104,4 miliar, naik 38,41% secara tahunan (year on year/yoy) pada kuartal III/2023 dibandingkan laba bersih periode yang sama tahun sebelumnya Rp75,43 miliar.

4. BBCA, Hartono Bersaudara

PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) milik Hartono Bersaudara membukukan laba bersih secara konsolidasi sebesar Rp36,4 triliun pada kuartal III/2023, naik 25,8% secara tahunan (year on year/yoy).

Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan laba bank itu terdorong oleh kinerja pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) yang tumbuh 21,3% yoy menjadi Rp55,9 triliun pada kuartal III/2023. 

Adapun, mesin pendapatan bunga bersih bank ini melaju seiring dengan kredit perbankan yang juga bertumbuh 12,3% yoy menjadi Rp766,1 triliun. 

"Solidnya kredit didorong oleh gelaran BCA Expo 2023 pada kuartal III/2023 melanjutkan BCA Expoversary 2023. Kredit konsumer pun semakin solid," ujar Jahja dalam konferensi pers paparan kinerja kuartal III/2023 pada Kamis (19/10/2023).

5.    ARTO, Jerry Ng

Bankir veteran Jerry Ng, mendapatkan kekayaannya dari saham di PT Bank Jago Tbk. (ARTO). Lantaran, dia mengakuisisi saham yang kemudian disebut Bank Artos pada Desember 2019. 

Bank Jago kemudian bertransformasi menjadi bank digital dan ingin bekerja sama dengan perusahaan fintech kecil dan menengah.

Tercatat, bank digital PT Bank Jago Tbk. (ARTO) telah membukukan laba bersih sebesar Rp50,29 miliar, meningkat 24% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan laba bersih pada periode yang sama tahun sebelumnya Rp40,57 miliar.

Pada akhir kuartal III/2023, Bank Jago mencatatkan jumlah nasabah sebanyak 9 juta, termasuk 7,4 juta nasabah funding pengguna aplikasi Jago. Jumlah pengguna aplikasi Jago bertambah 3,2 juta orang atau tumbuh 76% yoy. 

Direktur Utama Bank Jago Arief Harris Tandjung mengatakan pertumbuhan DPK terjadi seiring dengan inisiatif kolaborasi dan inovasi emiten bank digital berkode ARTO ini. Terbaru, Bank Jago berkolaborasi dengan GoPay, bagian dari GoTo Financial, meluncurkan GoPay Tabungan by Jago.

“Pertumbuhan jumlah nasabah dan DPK menunjukkan hasil dari komitmen Bank Jago untuk terus berinovasi serta memperkuat kolaborasi dengan ekosistem digital,” katanya.

6. PNBN, Mu'min Ali Gunawan

Kemudian, PT Bank Panin Tbk. (PNBN) milik konglomerat Mu'min Ali Gunawan. Saat ini diketahui berbagi kepemilikan dengan pemegang saham ANZ Group yang berasal dari Australia. Dalam struktur pemegang saham, Mu'min Ali menjadi salah satu pengendali saham di Bank Panin lewat PT Panin Investment. 

Sebagai informasi, PT Bank Panin Tbk. (PNBN) meraup laba bersih Rp2,83 triliun pada kuartal III/2023. Capaian ini meningkat 13,01% dari periode yang sama pada 2022 sebesar Rp2,51 triliun.

7. BABP, Hary Tanoesoedibjo

PT Bank MNC Internasional Tbk. (BABP) milik konglomerat Hary Tanoesoedibjo mencatatkan laba bersih Rp57,97 miliar pada kuartal III/2023, naik tipis 0,80% dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp57,51 miliar.

Sebelumnya, PT Bank MNC Internasional Tbk. (BABP) siap menggelar rights issue sebesar 13,5 miliar saham pada Desember 2023. Tak ada pembeli siaga dalam gelaran rights issue tersebut.  

Berdasarkan prospektif di keterbukaan informasi, rights issue Bank MNC digelar sebanyak-banyaknya 13,5 miliar saham seri B dengan nilai nominal Rp50, per saham yang ditawarkan dengan harga Rp75 per saham atau sebesar 28,57% dari modal ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah rights issue. 

Dengan begitu, nilai penambahan modal atau rights issue BABP bisa mencapai Rp1,01 triliun.  

Adapun, saham-saham yang ditawarkan seluruhnya merupakan saham yang berasal dari portepel dan akan dicatatkan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Namun, pemegang saham pengendali perseroan yakni PT MNC Kapital Indonesia Tbk tidak melaksanakan seluruh penambahan modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) X itu. 

8. MAYA, Dato’ Sri Tahir

PT Bank Mayapada Internasional Tbk. (MAYA) milik konglomerat Dato' Sri Tahir mencatatkan laba bersih Rp66,02 miliar pada kuartal III/2023, tergerus 39,83% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan laba bersih periode yang sama tahun sebelumnya Rp109,74 miliar.

Sebagai informasi, nantinya MAYA akan menggelar aksi penambahan modal dengan memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) atau right issue sebanyak-banyaknya 26,74 miliar lembar saham. Gelaran right issue tersebut dijadwalkan efektif pada akhir November 2023.   

Berdasarkan keterbukaan informasi, manajemen MAYA menjelaskan setelah right issue disetujui di rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada pekan lalu (2/10/2023), Bank Mayapada pun bergerak menyiapkan langkah-langkah menuju pelaksanaan right issue. 

Bank Mayapada akan menggelar right issue sebanyak-banyaknya 26.741.153.601 (26,74 miliar) saham Seri B atas nama saham baru atau sebanyak-banyaknya 69,33% dari total modal ditempatkan.    

Nilai nominal right issue Rp100 setiap saham yang akan ditawarkan dengan harga pelaksanaan sebesar Rp150. Jumlah dana yang diperoleh dari PMHMETD XIV ini seluruhnya berjumlah Rp4,01 miliar.   

Bank Mayapada menggelar right issue ini untuk memperkuat struktur permodalannya. Dengan modal yang tebal, Bank Mayapada dinilai dapat menambah kemampuannya untuk meningkatkan kegiatan usaha, kinerja, serta daya saing di industri.

Grafik Laba Perbankan Kuartal III/2023

Pemilik

Nama Bank

Pertumbuhan yoy (%)

Jumlah (Rp)

Anthony Salim

Bank Ina (BINA)

79,77

170,49 miliar

Chairul Tanjung

Allo Bank (BBHI)

62,09

338,82 miliar

James Riady

Bank Nobu (NOBU)

38,41

104,4 miliar

Hartono Bersaudara

BCA (BBCA)

25,8

36,4 triliun

Jerry Ng

Bank Jago (ARTO)

24

50,29 miliar

Mu’min Ali Gunawan

Panin (PNBN)

13,01

2,83 triliun

Hary Tanoesoedibjo

Bank MNC (BABP)

0,8%

57,97 miliar

Dato’ Sri Tahir

Bank Maya (MAYA)

-39,83

66,02 m

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Arlina Laras
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper