Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

OPINI : Tantangan Risiko Bank Syariah

Bank syariah Indonesia menghadapi tantangan risiko aset dan pertumbuhan, namun asetnya tumbuh 8,54% YoY. OJK mendorong spin-off untuk konsolidasi dan efisiensi.
Bank NTB Syariah/Laporan Tahunan Bank NTB Syariah
Bank NTB Syariah/Laporan Tahunan Bank NTB Syariah

Bisnis.com, JAKARTA - Industri perbankan Indonesia menghadapi tiga dimensi tekanan pada tahun ini meliputi ancaman pertumbuhan kredit lebih rendah, penurunan net margin, dan risiko kualitas aset meningkat.

Namun, di tengah tekanan kondisi ekonomi yang sangat menantang saat ini, total aset perbankan syariah nasional per April 2025 mencapai Rp954,51 triliun atau tumbuh 8,54% (YoY), melampaui rata-rata pertumbuhan industri perbankan sebesar 5,90% YoY. Pertumbuhan ini berdampak positif terhadap pangsa pasar perbankan syariah yang naik menjadi 7,44% (Republika, 2025).

Untuk mendukung proyeksi kinerja bank syariah yang lebih solid, OJK mendorong konsolidasi di bank syariah berupa spin-off, merger ataupun akuisisi. Proses spin-off mengacu pada Peraturan OJK (POJK) No. 10/2023 dan POJK No. 12/2023 tentang Unit Usaha Syariah (UUS). Kebijakan ini mengatur pemisahan UUS dari bank induk.

Sesungguhnya jika dicermati kinerja bank sangat dipengaruhi besarnya aset atau “size matters.” Hasil penelitian memperlihatkan terdapat korelasi yang positif antara ukuran aset Bank konvensional maupun syariah terhadap kinerja profitabilitas yang lebih tinggi dengan stabilitas yang lebih baik (Jarbou dkk, 2024).

Kecenderungan tersebut terlihat dari perkembangan aset perbankan nasional pada semester I/2024 yang mencapai Rp12.048,21 triliun atau tumbuh 9,01% (yoy) dari Rp11.052,1 triliun (2023). Aset empat Bank jumbo atau KBMI 4 (BMRI, BBRI, BBCA, dan BBNI) menguasai pangsa pasar 49,89% atau senilai Rp6.011,06 triliun per Juni 2024, tumbuh 8,76% (YoY) dari 2023 senilai Rp5.527,13 triliun.

Saat bersamaan justru aset bank mini (KBMI) 1 justru menyusut 3,5% (YoY) menjadi Rp1.394,03 triliun pada Juni 2024 dari semula Rp1.445,01 per Juni 2023.

Di perbankan syariah berlaku kecenderungan yang sama. Pada 2023, perbankan syariah jika tidak disertai (excluded) BSI sesungguhnya tumbuh moderat di kisaran 8,5% (aset), 8% (DPK) dan 17%—18% (Pembiayaan).

Namun, karena aset BSI yang dominan dan tumbuh lebih cepat dari rata-rata bank syariah (aset +15,7 %, pembiayaan +15,7 %, DPK +12,3 %) maka industri syariah, terutama pada 2023 mampu tumbuh signifikan 11,2% (aset), 10,5% (DPK) dan 15,7% (pembiayaan).

Strategi spin-off adalah tahapan proses yang harus dilalui, transformasi menuju ekosistem syariah yang lebih besar, lebih efisien dan lebih resilient.

Masuknya pemain baru BUS akan membuka jalan peluang konsolidasi lebih besar karena jumlah pelaku yang makin banyak, merger di antara BUS, kolaborasi lintas BUS, sinergi dengan BPRS, fintech, BMT dan pelaku bisnis syariah lainnya. Spin-off juga bagian dari upaya untuk memecah konstelasi risiko (risk diversification) memperluas nasabah dan memperkuat governance.

Namun, spin-off bukan sekadar proses administrasi pemisahan secara legal, tetapi dari perspektif Enterprise Risk Management (ERM), risiko yang terintegrasi harus dipetakan dan dikelola secara enterprise-wide secara komprehensif untuk melakukan; transformasi model bisnis, pembentukan organisasi, sistem, SDM dan budaya baru yang dihadapkan dengan ekspektasi stakeholder yakni OJK dan pasar dhi ummat terhadap bank baru yang lebih independen dan kompetitif.

Dalam perspektif industrial organization sesungguhnya bank syariah hasil spin-off dengan bank-bank umum konvensional KBMI 1 yang naik ke KBMI 2 akan menghadapi problem dan risiko yang sama di industri perbankan nasional.

Keduanya berhadapan dengan struktur pasar yang dominan dikuasai bank-bank besar sehingga cenderung oligopolistik. Pasar perbankan nasional adalah pasar tunggal (bank umum) yang terbagi menjadi bank konvensional dan syariah.

Tidak ada entry barrier yang memisahkan pasar bank syariah. Produk bank syariah (giro, tabungan, pembiayaan) bersaing langsung dengan produk bank konvensional; nasabah bebas memilih antara bank syariah & konvensional sehingga nasabah dapat berpindah dari bank syariah ke konvensional dan sebaliknya tanpa hambatan.

Dampak langsung spin-off adalah skala bisnis mengecil. Skala ekonomis yang berbeda menyebabkan bank hasil spin-off akan menjadi price-taker sehingga akan berhadapan dengan risiko strategis dan risiko finansial. Jika mereka salah positioning bisnis mereka tidak bisa bersaing dengan bank-bank besar.

Jika value preposition mereka tidak berubah atau sama dengan induknya, maka akan berpotensi bisnis overlap dan kanibalisasi sehingga kinerja bisnis mereka terancam tidak tercapai. Pasalnya, induk sudah lagi tidak bisa secara otomatis transfer dana murah, sebagai Bank KBMI 2, mereka akan langsung bersaing menghimpun dana berhadapan dengan bank besar.

Fenomena “flight to quality” jelas terlihat di rentang 2024—2025: dana berpindah dari bank kecil (syariah dan konvensional) ke bank-bank besar—yang dianggap lebih aman dan likuid serta memiliki basis nasabah dan ukuran nasabah lebih besar. Akibatnya sebagai price taker, COF bank syariah tinggi sehingga margin menyempit.

Lebih jauh, tingginya margin menyebabkan bank syariah akan sulit memperoleh kualitas nasabah yang baik sehingga terdapat kecenderungan “adverse selection.”

Nasabah dengan risiko tinggi akan datang ke bank syariah sehingga risiko likuiditas dan risiko kredit meningkat. Kondisi ini menyebabkan risiko konsentrasi portofolio naik karena BUS hasil spin-off bisnis awalnya cenderung menggarap ceruk pasar terbatas.

Spin-off juga berimplikasi pada BUS yang harus menyiapkan sistem IT, Cabang, dan SDM sendiri. Tipisnya margin (NIM) juga akan mengurangi kemampuan bank untuk bisa merekrut dan mengelola talent terbaik secara jumlah maupun kapabilitas karena harus mengelola efisiensi biaya dengan baik.

Modal terbatas menghambat modernisasi TI, digitalisasi, dan pengembangan Sistem Pengendalian Internal, yang merupakan komponen kritis pengelolaan risiko operasional dan kepatuhan.

Jadi kemampuan bank syariah untuk bertahan hidup justru diuji dengan keras setelah proses spin-off selesai dilaksanakan. Masa depan bank syariah tersebut ditentukan oleh kemampuan setiap bank membangun ketangguhan (resilience), bukan hanya pertumbuhan cepat.

Untuk itu, harus memiliki kapasitas manajemen risiko yang memadai untuk membangun fondasi pertahanan sekaligus daya dorong ekspansi.

Di titik inilah terdapat optimisme yang cukup kuat bahwa Bank syariah hasil spin-off memiliki kapabilitas untuk bisa bertahan di pasar dibandingkan bank kecil konvensional di kelas yang sama.

Menurut Fukuyama, risiko bisnis terbesar bagi organisasi baru bukan hanya risiko pasar atau sistem, tetapi lemahnya trust internal. SDM bank syariah secara inherent memiliki social capital dan shared norma yang menjadi kunci mengurangi risiko bisnis.

RISIKO SPIN-OFF

Jika kita kaji lebih mendalam dari tiga bank besar dunia, syariah maupun konvensional, yakni: Al Rajhi di Saudi, HDFC Bank di India, dan BCA di Indonesia, meski berasal dari konteks pasar dan regulasi yang berbeda, terdapat kesamaan pola yang sama upaya mereka membangun kapabilitas dinamik yang dibutuhkan untuk membangun keunggulan kemampuan berkompetisi mereka di pasar yang berkelanjutan.

Ketiga bank tersebut menempuh discipline path yang serupa: yakni mulai dengan membangun fondasi kuat melalui disiplin risiko dan operasional yang menghasilkan NPL/NPF sangat rendah dan modal sehat, lalu berinvestasi besar-besaran pada kapabilitas digital, data analytics, dan talenta untuk meningkatkan efisiensi dan kelincahan organisasi.

Mereka fokus membangun customer value bagi nasabah di target segmen inti yang mereka tetapkan yakni retail, consumer banking, SME dan Wealth dengan layanan cepat, mudah/sederhana dan murah serta dapat diandalkan sehingga mereka berhasil memperoleh basis dana murah (CASA) yang kuat dan loyalitas jangka panjang.

Baru setelah memiliki ketahanan dan kinerja finansial yang konsisten, ketiganya mampu melangkah lebih jauh memberikan manfaat nyata bagi masyarakat dan lingkungan melalui pembiayaan hijau, proyek inklusi keuangan, dan inisiatif ESG lainnya. Pendekatan disiplin bertahap inilah yang membuat ketiganya tak hanya menjadi pemimpin pasar, tetapi juga pionir inovasi dan dampak sosial di sektor perbankan.

Mengacu benchmark tersebut, pola serupa bisa ditempuh bank syariah hasil spin-off untuk disiplin untuk membangun dan mengeksekusi strategi dengan fokus pada target market yang telah mereka tetapkan. Sunnatullah-nya adalah pertumbuhan dan risiko berjalan seiring. Fungsi unit risiko adalah navigator yang membaca peta dan mengarahkan kapal (unit bisnis) agar tidak terjebak badai (risiko pembiayaan, NPF, WO) dan terus mengarah ke bintang utara tujuan organisasi. Tanpa bintang utara, kapal bisa berputar-putar meski mesin (strategi) dan kru (unit) bekerja keras.

Dalam konteks ini pula, sesuai dengan prinsip tolong menolong (ta’awun) dan berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabiqul khairaat), sebagai bank syariah terbesar di Indonesia, BSI memiliki tanggung jawab besar untuk menjadi teladan pengelolaan risiko syariah modern dengan menerapkan dynamic risk management for sustainable growth. Pendekatan manajemen risiko ini bukan hanya menghindari risiko tapi upaya yang aktif, kontinyu serta adaptif mengidentifikasi, mengukur dan merespons risiko demi mendukung pertumbuhan berkerlanjutan sesuai maqasid syariah.

Sebagai pemimpin pasar bank syariah tidak cukup hanya menjadi penyedia jasa keuangan berbasis syariah, tetapi BSI juga harus tampil sebagai pemimpin formasi “angsa terbang” kolaboratif yang mampu menerobos dominasi pasar, memimpin inovasi dan membangun ekosistem keuangan syariah yang tangguh.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Firman Jatnika
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro