Bisnis.com, JAKARTA — PT Tokio Marine Life Insurance Indonesia (Tokio Marine Life) meyakini potensi pemulihan pasar saham hingga akhir tahun akan mengerek kinerja perseroan.
Tokio Marine Life melaporkan penurunan hasil investasi pada semester pertama 2024. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan per Juni 2024, hasil investasi tercatat sebesar Rp31,12 miliar, mengalami penurunan signifikan sebesar 56,64% dibandingkan Rp71,78 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Penurunan ini sejalan dengan tren di industri asuransi jiwa secara keseluruhan. Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa hasil investasi perusahaan asuransi jiwa menurun sebesar 29,99% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp11,46 triliun pada Juni 2024. Penurunan paling tajam terjadi pada Produk Asuransi yang Dikaitkan dengan Investasi (PAYDI), khususnya pada instrumen saham dan reksadana.
Cholil Ridwan, Head of Investment Tokio Marine Life Insurance Indonesia, menjelaskan bahwa penurunan hasil investasi perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal. "Kinerja negatif Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dipicu oleh sentimen global seperti pemangkasan suku bunga The Fed dan kekhawatiran mengenai defisit anggaran pemerintah serta stabilitas rupiah. Hal ini menyebabkan arus keluar modal dari pasar saham dan obligasi," ujar Cholil dalam wawancara pada Rabu (21/8).
Meskipun demikian, Cholil menambahkan bahwa subdana saham perusahaan masih mencatatkan kinerja positif berkat aliran dana asing ke saham-saham blue chip yang menjadi andalan portofolio investasi Tokio Marine Life. "Pemilihan saham yang tepat oleh manajer investasi kami masih menjadi faktor kunci dalam mempertahankan kinerja," tambahnya.
Cholil juga menyatakan optimisme terhadap potensi pemulihan pasar saham di akhir tahun. "Kami berharap kebijakan pemangkasan suku bunga The Fed yang diproyeksikan dimulai pada September, dan berlanjut pada November serta Desember, dapat memberikan sentimen positif yang mendorong rally di pasar saham," jelasnya.
Baca Juga
Tokio Marine Life, kata Cholil, terus menerapkan standar tinggi dalam manajemen risiko saat mengelola dana nasabah di aset investasi berisiko tinggi seperti saham. Perusahaan juga hanya berinvestasi pada entitas yang memiliki prospek pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan, kondisi keuangan yang kuat, serta tata kelola yang baik.
"Pemilihan saham yang tepat adalah kunci untuk mencapai kinerja positif dalam jangka panjang," tutup Cholil.